ALLAH TELAH MENGASIHI KITA
(bdk. 1 Yoh 4:19)
(bdk. 1 Yoh 4:19)
Setiap merayakan Natal, pandangan kita
selalu terarah kepada bayi yang lahir dalam kesederhanaan, namun
menyimpan misteri kasih yang tak terhingga. Allah menjadi manusia dan
tinggal di antara kita. Inilah perayaan penuh sukacita atas kedatangan
Tuhan. Dialah Sang Juruselamat yang menjadi manusia lemah dan miskin,
agar kita yang miskin ini dapat ambil bagian dalam kekayaan
keallahan-Nya. Maka pada perayaan kelahiran Yesus Kristus ini, baiklah
kita merenungkan kasih Allah itu dan menegaskan apa yang harus kita
lakukan untuk hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Kasih Allah Bagi Semua Manusia
Allah mengasihi semua manusia. Kasih-Nya
yang besar kepada manusia itu diwujudkan dengan mengutus Anak-Nya yang
tunggal ke dunia. Anak itu dikandung oleh seorang perawan, bernama
Maria. Kelahiran-Nya membawa sukacita bagi banyak orang. Warta gembira
itu diserukan oleh malaikat Allah: “sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir
bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:10-11).
Tanda sukacita itu nyata dalam diri seorang bayi yang dibungkus dengan
lampin dan dibaringkan dalam palungan sebagai wujud kesederhanaan dan
kesahajaan.
Kasih Allah itu disambut dengan gembira
oleh para gembala yang bergegas pergi ke Betlehem untuk menjumpai bayi
itu seperti diwartakan oleh malaikat Allah. Hal yang sama juga dilakukan
oleh orang-orang majus dari Timur. Mereka mencari kanak-kanak Yesus
dengan mengikuti bimbingan bintang. Setelah menemukan tempat yang
dicarinya, “masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu
bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia” (Mat 2:11a).
Begitulah bayi kudus itu semakin menjadi
besar dalam didikan kasih kedua orangtua-Nya. Dia “makin bertambah besar
dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah
dan manusia” (Luk 2:52).
Kasih Allah Tanpa Syarat
Allah adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8.16b).
Seluruh aktivitas Allah adalah tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam
kasih kepada manusia. Ia mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak
menuntut syarat apa pun dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia
mengasihi orang benar maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas
dari kasih-Nya. Demikianlah, Allah Bapa di surga, “menerbitkan matahari
bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45).
Semua orang telah berdosa dan dosa
membuat manusia terpisah dari Allah. Akibatnya, manusia kehilangan
kemuliaannya sebagai anak Allah (Rm 3:23) dan tidak layak untuk tinggal
bersama Allah. Hukuman yang harus diterima oleh orang berdosa adalah
terpisah dari Allah, “sebab upah dosa adalah maut” (Rm 6:23).
Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan
agar kita dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh
Allah. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia
dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya
dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya,
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya” (Yoh 15:13). Demikianlah
Allah “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal” dan Ia telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh
3:16-17).
Jelas bahwa “bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita” (1Yoh 4:10).
Allah tidak menunggu manusia mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau
mengasihi mereka. Ia mengasihi manusia walaupun manusia berdosa dan
Kristus sendiri mati ketika manusia masih berdosa (Rm 5:8). Yesus datang
ke dalam dunia dan hidup di tengah manusia bukan karena manusia itu
baik. Sebaliknya, Ia rela meninggalkan kemuliaan surgawi dan
mengurbankan diri-Nya justru karena manusia berdosa dan tidak sanggup
melepaskan diri dari ikatan dosa. Semua ini dilakukan-Nya semata-mata
karena Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan manusia. Allah
menghendaki manusia hidup bahagia dalam kemuliaan abadi bersama Dia.
Mengasihi seperti Allah
Kehadiran Kristus sebagai manusia di
dalam dunia ini mengajak kita untuk mengasihi seperti Allah. Sabda
menjadi manusia untuk menjadi teladan kita dalam mengasihi. Seperti
Allah yang menyatakan kasih-Nya dalam diri Kristus, kita diingatkan
untuk mengasihi sesama semata-mata karena kita menginginkan orang lain
bahagia. Hal ini juga berarti bahwa kita diajak untuk mengasihi sesama
tanpa membuat pembedaan, walaupun mereka tidak berlaku seperti yang kita
harapkan. Jika demikian, kita berlaku seperti Allah dan menjadi
anak-anak Allah.
Hanya orang yang membuka hati dan
menyadari kasih Allah akan dapat mengasihi Allah dan sesama. Jika orang
mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia
berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa
mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus
juga mengasihi saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling
mengasihi ini adalah kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang
diajak untuk mengasihi sesamanya.
Dalam terang
kasih itu, kami mengajak Saudara-saudari untuk menanggapi kasih Allah
dengan bertobat dan sungguh-sungguh mewujudkan kasih dengan
memperhatikan beberapa hal penting berikut ini:
Pertama, Allah
menciptakan alam semesta ini baik adanya dan menyerahkan pemeliharaan
serta pemanfaatannya secara bertanggungjawab kepada manusia. Perilaku
tidak bertanggungjawab terhadap alam ciptaan akan menyengsarakan bukan
hanya kita yang hidup saat ini, tetapi terlebih generasi yang akan
datang. Maka kita dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan
ciptaan-Nya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.
Kedua, melibatkan
diri dalam berbagai usaha baik yang dilakukan untuk mengatasi
persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti konflik kemanusiaan,
menguatnya sikap intoleran, dan perilaku serta tindakan yang menjauhkan
semangat persaudaraan sebagai sesama warga bangsa.
Ketiga, melalui
jabatan, pekerjaan dan tempat kita masing-masing dalam masyarakat, kita
ikut sepenuhnya dalam semua usaha yang bertujuan memerangi kemiskinan
jasmani maupun rohani. Demikian juga kita melibatkan diri dalam berbagai
upaya untuk memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah
mengembangkan semangat hidup sederhana dan berlaku jujur.
Keempat, melibatkan
diri dalam menjawab keprihatinan bersama terkait dengan lemahnya
penegakan hukum. Hal itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri dengan
menjadi warga negara yang taat kepada hukum dan yang menghormati setiap
proses hukum seraya terus mendorong ditegakkannya hukum demi keadilan
dan kebaikan seluruh warga bangsa.
Allah yang menyatakan kebesaran
kasih-Nya melalui Yesus Kristus yang dilahirkan di kandang Betlehem akan
menyertai serta memberkati usaha kita semua dalam memberi wujud pada
kasih-Nya itu. Semoga kasih Allah yang kita alami dan kita rayakan pada
Natal ini mendorong kita untuk semakin giat berbuat kasih.
Berkat Tuhan melimpah kepada kita.
SELAMAT NATAL 2012 DAN TAHUN BARU 2013
Jakarta, 20 November 2012
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA
DI INDONESIA (PGI)
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum
Pdt. Gomar Gultom, M. Th.
Sekretaris Umum
|
KONFERENSI WALIGEREJA
INDONESIA (KWI)
Mgr. I. Suharyo
Ketua
Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Jendral
|
Like thissssss
BalasHapus:)