“Bukan Tuhan yang harus
mendengarkan kita, tapi kitalah yang harusnya mendengarkan apa yang dikatakan
Tuhan kepada kita, salah satu caranya dengan berdoa”. Hal ini disampaikan
Pastor Daniele, SX saat pembahasan mujizat yang dilakukan Yesus semasa hidup. Pembahasan
ini dilakukan di Biara Xaverian, minggu 22 April 2012.
Dalam pemaparannya, Pastor Daniel
menyampaikan bahwa kita berdoa bukan untuk mengemis kepada Tuhan agar
mengabulkan doa kita tetapi yang seharusnya adalah doa berisi penyampaian pada
Tuhan bahwa apapun yang akan terjadi kita ingin menjadi seutuhnya hamba yang
secitra dengan Tuhan itu sendiri sehingga kita bisa menjalani hidup sesuai
dengan ajaran-Nya. Imam Xaverian ini mencontohkan seorang anak yang akan
menghadapi ujian, ia berjanji tentang sesuatu berkaitan dengan permintaan
kelulusannya maka sebenarnya janji itu adalah janji kepada dirinya sendiri.
Selama ini kita memposisikan
Tuhan bukan hanya menjadi sesuatu yang bisa dilupakan, diingat hanya saat ada
permintaan bahkan juga kita jadikan sebagai pembantu rohani untuk mengabulkan
segala doa dan permintaan kita. Sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan
Allah, dengan segala kemampuan dan akal yang kita miliki harus kita usahakan
memperjuangkan cita-cita kita tersebut demi kemuliaan Allah itu sendiri. Dan kita
bukanlah juga pengemis rohani yang melulu meminta dalam doa, tapi kita harus
berusaha sampai pada tahap kita bisa mendengarkan pesan Tuhan tersbeut melalui
doa. Doa Bapa Kami adalah contoh doa yang paling benar, memuliakan Tuhan dan
meminta terjadinya apa yang dikehendaki Tuhan dengan penuh syukur.
Selama ini konsep pemikiran
manusia tentang Tuhan dirasa pastor daniel agak melenceng, seolah hanya
berserah kepada Tuhan sehingga manusia tidak ada usaha, melulu berdoa. Apa yang
terjadi di dunia seolah didalangi Tuhan, gempa, tsunami, dan segala bencana
serta juga kebaikan dipandang rencana Tuhan. Tuhan memang Maha Kuasa, empunya
segala yang ada di bumi, tapi kita harus ingat bahwa dalam proses penciptaan
Tuhan memberikan kebebasan kepada segala isi bumi termasuk manusia. “Tuhan
menciptakan baik adanya, namun dalam proses alam dan manusialah yang
berkegiatan sehingga bisa terjadi segala hal seperti sekarang ini”ujarnya.
Diawal pertemuan, pastor membahas
tentang 10 mujizat yang dilakukan Yesus semasa hidup, diantaranya menyembuhkan
orang kusta, menyembuhkan perwira yang lumpuh, meredakan angin ribut,
menyembuhkan orang yang kerasukan setan, menyembuhkan wanita yang pendarahan,
membangkitkan yang mati, dan membuat orang melihat. Yesus menang atas segala hal
yang intinya adalah iman yang menyelamatkan. Mujizat ini dilakukan Yesus dalam
rangka kemuridan (memilih para murid) dan perutusan. Begitu juga kita sebagai
pengikut Yesus, kita adalah murid dan utusan Yesus maka kita pantas bersyukur
dan berdoa atas rahmat keselamatan ini.
Pembahasan yang dihadiri oleh 22
orang dan didominasi oleh orang muda ini berlangsung hangat, banyak pertanyaan yang
diajukan para peserta karena dirasa bahwa penjelasan Pastor Daniel adalah
sesuatu hal yang baru mengenai keimanan seorang katolik. Bahkan Pak Faisal,
seorang peserta menyampaikan bahwa banyak hal-hal tentang iman yang kita artikan
keliru karena mungkin sejak kecil memang diarahkan sebagaimana yang terjadi
seperti sekarang, maka pastor membalas bahwa kita harus menjadikan Injil
sebagai pegangan namun tidak habis dengan membaca saja, harus di pahami dan
tidak dipenggal-penggal.
Dalam homili pada misa penutup pastor
secara khusus berpesan bahwa apa yang didapat dalam pembaasan bukan berhenti
disitu saja, tapi harus dibahas kembali dengan teman dan orang-orang diluar.
Pastor juga berpesan bahwa tugas OMK adalah mencari OMK yang masih “kafir”,
dalam artian yang menjual diri pada dosa, internet, hp dll, OMK seperti inilah
yang perlu diajak dan diperhatikan. Maria Vestina, ketua OMK Paroki St. Maria Tirtonadi menyampaikan banyak hal yang didapat, sesuatu yang baru tentang iman tentunya dan ini sangat dibutuhkan OMK.
Diakhir pertemuan, pastor
menyampaikan bahwa menjadi pengikut Yesus tidak mudah. Kita harus bisa
mengikuti-Nya dengan cara radikal. Radikan yang dimaksudkan adalah meninggalkan
cara hidup yang lama dan tidak lagi mau tergoda untuk mengulang atau
bernostalgi dengan hal-hal lama yang menyenangkan itu. Jika itu masih terjadi
maka kita hanya akan menjadi pengikut agama (Katolik), bukan pengikut Yesus. Banyak
orang terjebak menjadi pengikut agama saja dan mengikuti kewajiban agamanya
semata sehingga kehidupan iman yang sebenarnya menjadi terlupakan. Iman yang
hiduplah yang bisa melayani. (reb)
Setuju....kita jangan jadi pengemis di hadapan Tuhan....kita jangan mnjadikan Tuhan sbgai dalang atas smua yg terjadi terhadap kita...
BalasHapusTuhan slalu memberikan yg terbaik untuk kita, namun kita yang slalu tidak mnyadari apa yg tlah diberikan Tuhan...
jika trjadi ksusahan & pnyakit..kita mnyalahkan Tuhan,
jika kita senang & gmbira kita malah sering mlupakan Tuhan....
Sudah saatny kita sadar & mndengarkan Tuhan...
kita telah dbrikan anugrah scra gratis, mk kita harus mulai mmberikan & mnjadi anugrah juga bagi sesama kita....
wah ada uni carolina w asalai hehehe
BalasHapus