Jumat, 27 April 2012

Mendalami Iman Katolik bersama Pastor Daniele, SX


“Bukan Tuhan yang harus mendengarkan kita, tapi kitalah yang harusnya mendengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada kita, salah satu caranya dengan berdoa”. Hal ini disampaikan Pastor Daniele, SX saat pembahasan mujizat yang dilakukan Yesus semasa hidup. Pembahasan ini dilakukan di Biara Xaverian, minggu 22 April 2012.

Dalam pemaparannya, Pastor Daniel menyampaikan bahwa kita berdoa bukan untuk mengemis kepada Tuhan agar mengabulkan doa kita tetapi yang seharusnya adalah doa berisi penyampaian pada Tuhan bahwa apapun yang akan terjadi kita ingin menjadi seutuhnya hamba yang secitra dengan Tuhan itu sendiri sehingga kita bisa menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Imam Xaverian ini mencontohkan seorang anak yang akan menghadapi ujian, ia berjanji tentang sesuatu berkaitan dengan permintaan kelulusannya maka sebenarnya janji itu adalah janji kepada dirinya sendiri. 

Selama ini kita memposisikan Tuhan bukan hanya menjadi sesuatu yang bisa dilupakan, diingat hanya saat ada permintaan bahkan juga kita jadikan sebagai pembantu rohani untuk mengabulkan segala doa dan permintaan kita. Sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan Allah, dengan segala kemampuan dan akal yang kita miliki harus kita usahakan memperjuangkan cita-cita kita tersebut demi kemuliaan Allah itu sendiri. Dan kita bukanlah juga pengemis rohani yang melulu meminta dalam doa, tapi kita harus berusaha sampai pada tahap kita bisa mendengarkan pesan Tuhan tersbeut melalui doa. Doa Bapa Kami adalah contoh doa yang paling benar, memuliakan Tuhan dan meminta terjadinya apa yang dikehendaki Tuhan dengan penuh syukur.

Selama ini konsep pemikiran manusia tentang Tuhan dirasa pastor daniel agak melenceng, seolah hanya berserah kepada Tuhan sehingga manusia tidak ada usaha, melulu berdoa. Apa yang terjadi di dunia seolah didalangi Tuhan, gempa, tsunami, dan segala bencana serta juga kebaikan dipandang rencana Tuhan. Tuhan memang Maha Kuasa, empunya segala yang ada di bumi, tapi kita harus ingat bahwa dalam proses penciptaan Tuhan memberikan kebebasan kepada segala isi bumi termasuk manusia. “Tuhan menciptakan baik adanya, namun dalam proses alam dan manusialah yang berkegiatan sehingga bisa terjadi segala hal seperti sekarang ini”ujarnya.

Diawal pertemuan, pastor membahas tentang 10 mujizat yang dilakukan Yesus semasa hidup, diantaranya menyembuhkan orang kusta, menyembuhkan perwira yang lumpuh, meredakan angin ribut, menyembuhkan orang yang kerasukan setan, menyembuhkan wanita yang pendarahan, membangkitkan yang mati, dan membuat orang melihat. Yesus menang atas segala hal yang intinya adalah iman yang menyelamatkan. Mujizat ini dilakukan Yesus dalam rangka kemuridan (memilih para murid) dan perutusan. Begitu juga kita sebagai pengikut Yesus, kita adalah murid dan utusan Yesus maka kita pantas bersyukur dan berdoa atas rahmat keselamatan ini.

Pembahasan yang dihadiri oleh 22 orang dan didominasi oleh orang muda ini  berlangsung hangat, banyak pertanyaan yang diajukan para peserta karena dirasa bahwa penjelasan Pastor Daniel adalah sesuatu hal yang baru mengenai keimanan seorang katolik. Bahkan Pak Faisal, seorang peserta menyampaikan bahwa banyak hal-hal tentang iman yang kita artikan keliru karena mungkin sejak kecil memang diarahkan sebagaimana yang terjadi seperti sekarang, maka pastor membalas bahwa kita harus menjadikan Injil sebagai pegangan namun tidak habis dengan membaca saja, harus di pahami dan tidak dipenggal-penggal.
Dalam homili pada misa penutup pastor secara khusus berpesan bahwa apa yang didapat dalam pembaasan bukan berhenti disitu saja, tapi harus dibahas kembali dengan teman dan orang-orang diluar. Pastor juga berpesan bahwa tugas OMK adalah mencari OMK yang masih “kafir”, dalam artian yang menjual diri pada dosa, internet, hp dll, OMK seperti inilah yang perlu diajak dan diperhatikan. Maria Vestina, ketua OMK Paroki St. Maria Tirtonadi menyampaikan banyak hal yang didapat, sesuatu yang baru tentang iman tentunya dan ini sangat dibutuhkan OMK.

Diakhir pertemuan, pastor menyampaikan bahwa menjadi pengikut Yesus tidak mudah. Kita harus bisa mengikuti-Nya dengan cara radikal. Radikan yang dimaksudkan adalah meninggalkan cara hidup yang lama dan tidak lagi mau tergoda untuk mengulang atau bernostalgi dengan hal-hal lama yang menyenangkan itu. Jika itu masih terjadi maka kita hanya akan menjadi pengikut agama (Katolik), bukan pengikut Yesus. Banyak orang terjebak menjadi pengikut agama saja dan mengikuti kewajiban agamanya semata sehingga kehidupan iman yang sebenarnya menjadi terlupakan. Iman yang hiduplah yang bisa melayani. (reb)

2 komentar:

  1. Setuju....kita jangan jadi pengemis di hadapan Tuhan....kita jangan mnjadikan Tuhan sbgai dalang atas smua yg terjadi terhadap kita...
    Tuhan slalu memberikan yg terbaik untuk kita, namun kita yang slalu tidak mnyadari apa yg tlah diberikan Tuhan...
    jika trjadi ksusahan & pnyakit..kita mnyalahkan Tuhan,
    jika kita senang & gmbira kita malah sering mlupakan Tuhan....
    Sudah saatny kita sadar & mndengarkan Tuhan...
    kita telah dbrikan anugrah scra gratis, mk kita harus mulai mmberikan & mnjadi anugrah juga bagi sesama kita....

    BalasHapus
  2. wah ada uni carolina w asalai hehehe

    BalasHapus

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites