Rabu, 15 Agustus 2012

Pastoral Sekolah saat tepat membina iman siswa/i Katolik


Walikota Padang

Pastoral Sekolah adalah kebijakan yang dibuat oleh Fauzi Bahar, Walikota Padang yang mewajibkan murid-murid sekolah (SD - SMA/SMK)  libur selama Bulan Ramadhan dan melakukan kegiatan kerohanian berdasarkan keyakinannya masing-masing dan di tempat ibadahnya masing-masing. Menurutnya kegiatan ini bertujuan untuk membangun karakter positif bagi orang muda yang merupakan masa depan kota dan Bangsa Indonesia.


Sama halnya seperti perubahan-perubahan yang baru pasti ada pro kontra nya, demikian pula halnya dengan kebijakan ini yang sudah berlangsung sekitar enam tahun dalam pemerintahan Walikota Padang tersebut. Umat katolik sendiri ada yang berpandangan bahwa seolah kegiatan ini dipaksakan karena diadakan di bulan Ramadhan yang notabenenya adalah Bulan Suci bagi umat Islam, toh kita punya natal, kenapa tidak di Desember saja? Ada pula yang memandang bahwa ada baiknya kegiatan ini khususnya untuk pembinaan umat anak-anak muda.

Novi Siregar, salah satu pembimbing Pastoral Sekolah menyampaikan bahwa momennya memang bertepatan dengan bulan Ramadhan yang merupakan Bulan Suci bagi Umat Islam namun kebijakan ini bisa dilihat positif bagi kita umat Katolik karena dengan kewajiban siswa/i kita melakukan pendalaman iman maka kita pun terbantu. “ada waktu khusus bagi kita untuk memberikan perhatian iman bagi generasi muda Katolik yang di sekolah pasti tidak mereka dapatkan secara intensif.” Ujar Novi. Dalam kegiatan pastoral sekolah ada sekurang-kurangnya 15 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Ini juga bisa kita lihat sebagai cara untuk mengakarkan iman generasi muda pada Kristus sesuai dengan tema DYD lalu. 

Hal positif ini juga secara khusus untuk siswa/i Katolik yang sekolah di Sekolah Negeri yang tidak mendapatkan fasilitas guru agama di sekolahnya. Hal ini membuat perbedaan karakteristik anak muda yang sekolah di Swasta Katolik dan di Negri. Dampaknya dapat kita lihat dalam pengetahuan iman dan kehidupan menggereja, sangat minim dari siswa negeri yang mau terlibat aktif. Maka dalam kesempatan Pastoral Sekolah ini juga Novi memasukkan materi-materi iman Katolik dan pembinaan karakter seperti kepercayaan diri untuk anak bimbingannya. “Mereka ini secara langsung dan setiap hari berhubungan dengan temannya yang berlainan agama maka butuh pembinaan yang lebih agar mereka bisa bersikap dengan siapapun yang mereka temuai dalam kesehariannya” kata Novi. Selama proses pastoral sekolah, novi berusaha mencari bentuk pengajaran yang dibutuhkan oleh siswanya seperti materi-materi tentang iman, sharing, tampilan drama, kunjungan Sosial ke Wisma Cinta Kasih dan rekoleksi. Di akhir Pastoral sekolah, anak bimbingannya menampilkan drama yang berjudul “Anak Yang hilang”.
Tampilan drama peserta Pastoral Sekolah

Pernyataan Novi dikuatkan oleh siswa/i Pastoral Sekolah, mereka mengakui bahwa kegiatan seperti yang ada dalam Pastoral Sekolah sangat mereka butuhkan khususnya dalam hal pengetahuan iman. Jeckson Hardianto Manik, Siswa Kelas 3 SMK Teknologi Plus menyampaikan bahwa dengan adanya Pastoral Sekolah siswa/i Katolik yang sekolah di negeri punya kesempatan untuk bertemu dan saling mengenal dan mengembangkan pengetahuan iman. “Di sekolah kami tidak dapat pelajaran agama, mereka belajar Agama Islam di sekolah dan kami harus ke Gereja untuk belajar agama, disanapun bukan guru Agama Katolik yang mengajarkan. Jadi pembinaan iman iu tidak kami dapatkan secara utuh dan terkadang hanya sebagai syarat untuk mendapatkan nilai saja.” Ujar Jeckson.

Alfon Hutabarat - Jeckson Manik
Mengenai keaktifan siswa negeri di gereja Jeckson menyampaikan bahwa setiap minggu mereka selalu ke gereja karena harus belajar agama, namun masalah minimnya berkegiatan kemungkinan dikarenakan minder karena pengetahuan iman yang kurang, sehingga tidak pd bertemu dengan yang lain.

“Kami berharap ada kegiatan yang berkelanjutan misalnya rekoleksi , wisata rohani bersama dan kegiatan lain lain yang bisa mengumpulkan kami semua sebagai seorang muda yang seiman. Ini bisa membuat kami dekat dan mudah-mudahan bisa makin percaya diri dalam kegiatan-kegiatan di gereja dan diluar gereja.” Ujar Jeckson dan temannya Alfon Hutabarat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites