Walikota Padang |
Sama halnya seperti
perubahan-perubahan yang baru pasti ada pro kontra nya, demikian pula halnya
dengan kebijakan ini yang sudah berlangsung sekitar enam tahun dalam
pemerintahan Walikota Padang tersebut. Umat katolik sendiri ada yang
berpandangan bahwa seolah kegiatan ini dipaksakan karena diadakan di bulan
Ramadhan yang notabenenya adalah Bulan Suci bagi umat Islam, toh kita punya natal, kenapa tidak di
Desember saja? Ada pula yang memandang bahwa ada baiknya kegiatan ini khususnya
untuk pembinaan umat anak-anak muda.
Novi Siregar, salah satu
pembimbing Pastoral Sekolah menyampaikan bahwa momennya memang bertepatan
dengan bulan Ramadhan yang merupakan Bulan Suci bagi Umat Islam namun kebijakan
ini bisa dilihat positif bagi kita umat Katolik karena dengan kewajiban siswa/i
kita melakukan pendalaman iman maka kita pun terbantu. “ada waktu khusus bagi
kita untuk memberikan perhatian iman bagi generasi muda Katolik yang di sekolah
pasti tidak mereka dapatkan secara intensif.” Ujar Novi. Dalam kegiatan
pastoral sekolah ada sekurang-kurangnya 15 kali pertemuan dengan materi yang
berbeda. Ini juga bisa kita lihat sebagai cara untuk mengakarkan iman generasi
muda pada Kristus sesuai dengan tema DYD lalu.
Hal positif ini juga secara
khusus untuk siswa/i Katolik yang sekolah di Sekolah Negeri yang tidak
mendapatkan fasilitas guru agama di sekolahnya. Hal ini membuat perbedaan
karakteristik anak muda yang sekolah di Swasta Katolik dan di Negri. Dampaknya dapat
kita lihat dalam pengetahuan iman dan kehidupan menggereja, sangat minim dari
siswa negeri yang mau terlibat aktif. Maka dalam kesempatan Pastoral Sekolah
ini juga Novi memasukkan materi-materi iman Katolik dan pembinaan karakter
seperti kepercayaan diri untuk anak bimbingannya. “Mereka ini secara langsung
dan setiap hari berhubungan dengan temannya yang berlainan agama maka butuh
pembinaan yang lebih agar mereka bisa bersikap dengan siapapun yang mereka
temuai dalam kesehariannya” kata Novi. Selama proses pastoral sekolah, novi
berusaha mencari bentuk pengajaran yang dibutuhkan oleh siswanya seperti
materi-materi tentang iman, sharing, tampilan drama, kunjungan Sosial ke Wisma
Cinta Kasih dan rekoleksi. Di akhir Pastoral sekolah, anak bimbingannya
menampilkan drama yang berjudul “Anak Yang hilang”.
Pernyataan Novi dikuatkan oleh siswa/i
Pastoral Sekolah, mereka mengakui bahwa kegiatan seperti yang ada dalam Pastoral
Sekolah sangat mereka butuhkan khususnya dalam hal pengetahuan iman. Jeckson
Hardianto Manik, Siswa Kelas 3 SMK Teknologi Plus menyampaikan bahwa dengan
adanya Pastoral Sekolah siswa/i Katolik yang sekolah di negeri punya kesempatan
untuk bertemu dan saling mengenal dan mengembangkan pengetahuan iman. “Di
sekolah kami tidak dapat pelajaran agama, mereka belajar Agama Islam di sekolah
dan kami harus ke Gereja untuk belajar agama, disanapun bukan guru Agama
Katolik yang mengajarkan. Jadi pembinaan iman iu tidak kami dapatkan secara
utuh dan terkadang hanya sebagai syarat untuk mendapatkan nilai saja.” Ujar Jeckson.
Alfon Hutabarat - Jeckson Manik |
“Kami berharap ada kegiatan yang berkelanjutan misalnya
rekoleksi , wisata rohani bersama dan kegiatan lain lain yang bisa mengumpulkan
kami semua sebagai seorang muda yang seiman. Ini bisa membuat kami dekat dan
mudah-mudahan bisa makin percaya diri dalam kegiatan-kegiatan di gereja dan
diluar gereja.” Ujar Jeckson dan temannya Alfon Hutabarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar