Rekan-rekan muda
yang terkasih!
Seperti kita
ketahui bahwa Paus Fransiskus telah menetapkan tema-tema Hari Orang Muda
Sedunia:
Tahun 2014 Hari
Orang Muda Sedunia yang ke-29:
"Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga”(Mat 5:3).
Tahun 2015 Hari
Orang Muda Sedunia ke-30:
“Berbahagialah
orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”(Mat 5:8)
Tahun 2016 Hari
Orang Muda Sedunia ke-31:
“Berbahagialah
orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”(Mat 5:7)
Berikut adalah
pesan Bapa Suci untuk Hari Orang Muda Sedunia tahun 2015, yang akan
diselenggarakan pada Hari Minggu Palma, 29 Maret 2015, di tingkat keuskupan.
Salam dan berkat Tuhan untuk kalian
P. Riduan Fransiskus Naibaho, Pr
******************************
PESAN
PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-30 TAHUN 2015
"Berbahagialah
orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat 5:8)
Kita melanjutkan
peziarahan rohani kita menuju Krakow, di mana pada bulan Juli 2016 Hari Orang
Muda Sedunia berikutnya secara internasional akan diadakan. Sebagai panduan
untuk perjalanan tersebut kita telah memilih Sabda-sabda Bahagia. Tahun lalu
kita merefleksikan bersama tentang kebahagiaan dari orang yang miskin di
hadapan Allah, dimasukkan ke dalam konteks yang lebih besar dari Khotbah di
Bukit. Bersama-sama kita telah menemukan makna revolusioner Sabda Bahagia dan
panggilan yang kuat dari Yesus untuk memulai dengan berani ke petualangan
mengejar kebahagiaan. Tahun ini kita akan merefleksikan Sabda Bahagia yang
keenam: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat
Allah" (Mat 5:8).
1. Keinginan untuk
kebahagiaan
Kata
"berbahagia", atau "gembira", muncul sembilan kali dalam
khotbah besar Yesus yang pertama ini(bdk. Mat 5:1-12). Ini seperti sebuah
refren yang mengingatkan kita akan panggilan Tuhan untuk berjalan bersama-sama
Dia di jalan yang, meskipun banyak tantangannya, adalah jalan dari kebahagiaan
sejati.
Benar, orang-orang
muda yang terkasih, pencarian untuk kebahagiaan adalah biasa terjadi bagi banyak orang dari segala zaman dan segala
usia. Allah telah menempatkan dalam hati setiap pria dan wanita sebuah
keinginan yang tak tertahankan untuk kebahagiaan, untuk kesempurnaan. Tidakkah kalian
merasa bahwa hati kalian gelisah dan selalu terus mencari sesuatu yang baik yang
mampu memuaskan kehausan mereka untuk yang tak terbatas?
Bab-bab pertama
Kitab Kejadian menunjukkan kepada kita kebahagiaan yang mengagumkan yang kepadanya kita
dipanggil dan yang terdiri dari persekutuan sempurna dengan Allah, dengan orang lain, dengan alam, dan
dengan diri kita sendiri. Kebebasan
untuk mendekati Allah, memandang-Nya dan menjadi dekat dengan-Nya, merupakan
bagian dari rencana-Nya bagi kita sejak awal; cahaya ilahi-Nya dimaksudkan
untuk menerangi setiap relasi manusia dengan kebenaran dan keterbukaan. Dalam situasi murni ini tidak dibutuhkan topeng, muslihat, alasan
untuk menyembunyikan diri satu sama lain. Segalanya pada permulaan adalah jelas
dan murni.
Ketika pria dan wanita menyerah
pada godaan dan melanggar relasi
persekutuan setia dengan Allah, dosa masuk ke dalam
sejarah manusia (bdk. Kej 3). Pengaruh-pengaruhnya
segera tampak bahkan dalam relasi antar mereka, satu dengan yang lain, dengan
alam. Dramatis! Kemurnian awal tercemar. Sejak saat itu, kita tidak lagi mampu masuk ke hadapan Allah.
Pria dan wanita mulai menyembunyikan diri mereka, menutupi ketelanjangan
mereka. Kehilangan cahaya dalam
pertemuan dengan Allah, mereka melihat realitas di sekeliling mereka menyimpang, kabur. Pedoman batin yang telah menuntun mereka dalam pencarian kebahagiaan
kehilangan titik acuannya dan godaan-godaan
kekuasaan, kekayaan, harta benda dan nafsu serakah dengan cara apapun membawa mereka ke jurang kesedihan dan penderitaan.
Dalam Mazmur kita
menemukan permohonan yang
disampaikan manusia dari kedalaman jiwa kepada Allah: "Siapa
yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?" Biarlah cahaya wajah-Mu
menyinari kami, ya TUHAN!" (Mzm 4:7). Bapa, dalam kebaikan-Nya yang tak
terbatas, menanggapi permohonan ini dengan mengutus Putra-Nya. Di dalam Yesus,
Allah telah mengambil rupa manusia. Melalui penjelmaan, kehidupan, kematian dan
kebangkitan-Nya, Yesus membebaskan kita dari dosa dan membuka
cakrawala-cakrawala baru dan yang tak terbayangkan sampai sekarang.
Demikianlah, di dalam Kristus, para orang muda yang terkasih, ditemukan
kepenuhan dari setiap keinginan kalian untuk kebaikan dan
kebahagiaan. Hanya Dialah yang dapat memuaskan kerinduan terdalam kalian, yang
sering tertutup oleh janji-janji duniawi yang menipu. Seperti dikatakan oleh
Santo Yohanes Paulus II: "Dialah
keindahan yang sangat
menarik kalian, Dialah yang memancing kalian dengan
kehausan akan kepenuhan itu yang tidak akan membiarkan kalian puas akan
kompromi, Dialah yang mendesak kalian untuk melepaskan topeng dari sebuah
kehidupan palsu, Dialah yang membaca dalam hati kalian pilihan-pilihan kalian
yang paling asali, pilihan-pilihan yang orang lain coba lumpuhkan. Yesuslah
yang membangkitkan di dalam diri kalian keinginan untuk melakukan sesuatu yang
besar dengan hidup kalian" (bdk. Wacana pada Vigili Doa. di Tor Vergata,
19 Agustus 2000: Insegnamenti XXIII/2, [2000], 212).
2. Berbahagialah
orang yang suci hatinya ...
Mari kita sekarang
mencoba untuk memahami secara lebih lengkap bagaimana keberbahagiaan ini
terjadi melalui kemurnian hati. Pertama-tama, kita perlu memahami makna biblis
kata "hati". Dalam pemikiran Ibrani, hati adalah pusat perasaan,
pikiran dan kehendak pribadi manusia. Karena Alkitab mengajarkan kita bahwa
Allah tidak memandang penampilan, tetapi hati (bdk. 1 Sam 16:7), kita juga
dapat mengatakan bahwa dari hatilah kita melihat Allah. Ini karena hati
benar-benar manusia dalam totalitasnya sebagai kesatuan tubuh dan jiwa, dalam
kemampuannya untuk mengasihi dan dikasihi.
Mengenai definisi
kata "murni", akan tetapi, kata Yunani yang digunakan oleh penginjil
Matius adalah katharos, yang pada dasarnya berarti bersih, murni, tanpa noda.
Dalam Injil kita melihat Yesus menolak pengartian kemurnian ritual tertentu
yang berkaitan dengan penerapan-penerapan lahiriah, penerapan yang melarang
semua orang berkontak dengan hal-hal dan orang-orang (termasuk orang kusta dan
orang asing) yang dianggap tidak murni. Kepada orang-orang Farisi yang, seperti
begitu banyak orang Yahudi pada zaman mereka, tidak makan apapun tanpa terlebih
dahulu melakukan pembersihan ritual dan memperhatikan banyak tradisi yang
berhubungan dengan bejana pembersihan, Yesus menjawab tegas: "Apa pun dari
luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang
keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati
orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat,
kesombongan, kebebalan" (Mrk 7:15,21-22).
Lalu, terkandung
dalam apakah kebahagiaan yang lahir dari hati yang murni? Dari daftar Yesus
tentang kejahatan yang membuat seseorang tidak murni, kita melihat bahwa
pertanyaan harus dilakukan terutama dengan wilayah hubungan kita. Kita
masing-masing harus belajar untuk membedakan apa yang dapat
"mencemari" hatinya dan untuk membentuk hati nuraninya secara benar
dan bijaksana, sehingga mampu "membedakan kehendak Allah, apa yang baik
serta yang berkenan dan sempurna" (Rm 12:2). Kita perlu menunjukkan perhatian
yang baik terhadap ciptaan, terhadap kemurnian udara, air dan makanan kita,
tetapi berapa banyak lagi yang kita butuhkan untuk melindungi kemurnian apa
yang paling berharga dari semuanya : hati kita dan hubungan kita. "Ekologi
manusia" ini akan membantu kita untuk menghirup udara murni yang berasal
dari keindahan, dari kasih sejati, dan dari kesucian.
Saya pernah
bertanya kepada kalian : "Di mana hartamu? Dalam apakah hatimu menemukan
sandarannya?" (bdk. Wawancara dengan Orang Muda dari Belgia, 31 Maret
2014). Hati kita dapat terikat pada harta yang benar atau salah, mereka dapat
menemukan sandaran asali atau mereka hanya bisa terlelap, menjadi malas dan
lesu. Kebaikan terbesar yang dapat kita miliki dalam hidup adalah hubungan kita
dengan Allah. Apakah kalian meyakini hal ini? Apakah kalian menyadari berapa
banyak kalian layak di mata Allah? Apakah kalian tahu bahwa kalian dikasihi dan
disambut oleh-Nya tanpa syarat, sebagaimana adanya? Pernah kita kehilangan
perasaan kita akan hal ini, kita manusia menjadi sebuah teka-teki yang tidak
dapat dimengerti, karena itu adalah pengetahuan bahwa kita dikasihi tanpa
syarat oleh Allah yang memberi makna pada hidup kita. Apakah kalian ingat
percakapan yang dilakukan Yesus dengan pemuda kaya (bdk. Mrk 10:17-22)?
Penginjil Markus mengamati bahwa Tuhan memandangnya dan mengasihinya (ayat 21),
dan mengundangnya untuk mengikuti-Nya dan dengan demikian menemukan kekayaan
sejati. Saya harap, sahabat-sahabat muda yang terkasih, supaya tatapan Kristus
yang penuh kasih itu akan menemani kalian masing-masing sepanjang hidup.
Masa muda adalah
sebuah masa kehidupan ketika keinginan kalian akan suatu kasih yang tulus,
indah dan meluap-luap mulai mekar di dalam hati kalian. Alangkah kuatnya
kemampuan untuk mengasihi dan dikasihi ini! Jangan biarkan harta yang berharga
ini direndahkan, dihancurkan atau dirusak. Itulah yang terjadi ketika kita
mulai menggunakan sesama kita untuk tujuan egois kita sendiri, bahkan sebagai
obyek kesenangan. Hati yang patah dan kesedihan mengikuti atas
pengalaman-pengalaman negatif ini. Saya mendesak kalian : Jangan takut akan
kasih sejati, kasih yang diajarkan Yesus kepada kita dan yang digambarkan oleh
Santo Paulus sebagai "sabar dan murah hati". Paulus berkata: "Ia
tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena
kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan
segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1 Kor 13:4-8).
Dalam mendorong
kalian untuk menemukan kembali keindahan panggilan manusia untuk mengasihi,
saya juga mendesak kalian untuk memberontak terhadap kecenderungan yang meluas
untuk mengurangi kasih menjadi sesuatu yang dangkal, menguranginya menjadi
aspek seksualnya semata, kehilangan karakteristik keindahan, persekutuan,
kesetiaan dan tanggung jawabnya yang sangat penting. Sahabat-sahabat muda yang
terkasih, "dalam sebuah budaya penisbian dan kefanaan, banyak orang memberitakan
pentingnya 'menikmati' saat ini. Mereka mengatakan bahwa tidaklah layak membuat
komitmen seumur hidup, membuat sebuah keputusan definitif, 'untuk selamanya',
karena kita tidak tahu apa yang akan dibawa esok. Saya meminta kalian, sebagai
gantinya, untuk menjadi revolusioner, saya meminta kalian untuk berenang
melawan arus; ya, saya sedang meminta kalian untuk memberontak terhadap budaya
ini yang melihat segala sesuatu sebagai sementara dan bahwa pada akhirnya
meyakini kalian tidak mampu bertanggung jawab, yang meyakini bahwa kalian tidak
mampu akan kasih sejati. Saya memiliki keyakinan dalam diri kalian dan saya
berdoa untuk kalian. Milikilah keberanian untuk 'berenang melawan arus'. Dan
juga milikilah keberanian untuk menjadi bahagia"(Pertemuan dengan para relawan
Hari Orang Muda Sedunia XXVIII, 28 Juli 2013).
Kalian orang-orang
muda adalah para petualang yang berani! Jika kalian membiarkan diri kalian
menemukan ajaran-ajaran Gereja yang kaya akan kasih, kalian akan menemukan
bahwa kekristenan tidak terdiri dari serangkaian larangan yang menghambat
keinginan kita akan kebahagiaan, melainkan sebuah proyek untuk kehidupan yang
mampu menawan hati kita.
3. ... karena
mereka akan melihat Allah
Di dalam hati
setiap pria dan wanita, undangan Tuhan terus bergema: "Carilah
wajah-Ku!" (Mzm 27:8). Pada saat yang sama, kita harus selalu menyadari
bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang malang. Misalnya, kita membaca dalam
Kitab Mazmur: "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah
yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan
murni hatinya" (Mzm 24:3-4). Tetapi kita tidak pernah harus takut atau
putus asa: seluruh Alkitab dan dalam sejarah kita masing-masing, kita melihat
bahwa selalu Allahlah yang mengambil langkah pertama. Ia memurnikan kita
sehingga kita bisa datang ke dalam hadirat-Nya.
Ketika Nabi Yesaya
mendengar panggilan Tuhan untuk berbicara dalam nama-Nya, ia ketakutan dan
berkata: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis
bibir" (Yes 6:5). Namun Tuhan memurnikannya, mengutus kepadanya seorang
malaikat yang menyentuh bibirnya, mengatakan: "kesalahanmu telah dihapus
dan dosamu telah diampuni" (ayat 7). Dalam Perjanjian Baru, ketika di tepi
danau Genessaret Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama dan melakukan
tanda penangkapan ikan yang ajaib, Simon Petrus tersungkur di kaki-Nya,
berseru: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang
berdosa" (Luk 5:8). Yesus segera menjawab : "Jangan takut, mulai dari
sekarang engkau akan menjala manusia" (ayat 10). Dan ketika salah seorang
murid Yesus bertanya kepadanya : "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada
kami, itu sudah cukup bagi kami", Sang Guru menjawab : "Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh 14:8-9).
Undangan Tuhan
untuk menjumpai-Nya dibuat untuk kalian masing-masing, dalam tempat atau
situasi apa pun kalian menemukan diri kalian. Cukuplah memiliki keinginan untuk
"sebuah pertemuan pribadi yang diperbarui dengan Yesus Kristus, atau
setidaknya sebuah keterbukaan untuk membiarkan Dia menjumpai kalian; saya
meminta kalian semua untuk melakukan hal ini tanpa henti setiap hari"
(bdk. Evangelii Gaudium, 3). Kita semua orang berdosa, yang perlu dimurnikan
oleh Tuhan. Tetapi cukuplah mengambil sebuah langkah kecil menuju Yesus untuk
menyadari bahwa Ia menanti kita selalu dengan tangan terbuka, terutama dalam
Sakramen Rekonsiliasi, sebuah kesempatan istimewa untuk berjumpa kerahiman
ilahi itu yang memurnikan kita dan memperbaharui hati kita.
Orang-orang muda
yang terkasih, Tuhan ingin bertemu kita, membiarkan diri-Nya
"dilihat" oleh kita. "Dan bagaimana?", Anda mungkin
bertanya kepada saya. Santa Teresa dari Avila, yang lahir di Spanyol lima ratus
tahun yang lalu, bahkan sebagai seorang gadis muda, berkata kepada orang
tuanya, "Saya ingin melihat Allah". Ia kemudian menemukan cara doa
sebagai "sebuah persahabatan yang intim dengan Dia yang membuat kita
merasa dikasihi" (Autobiografi, 8,5). Jadi pertanyaan saya kepada kalian
adalah ini: "Apakah kalian sedang berdoa?" Apakah kalian tahu bahwa kalian
dapat berbicara dengan Yesus, dengan Bapa, dengan Roh Kudus, seperti kalian
berbicara kepada seorang sahabat. Dan bukan sembarang sahabat, tetapi yang
terbesar dan yang paling dipercaya dari sahabat-sahabat kalian! Kalian akan
menemukan apa yang dikatakan salah seorang dari umat parokinya kepada Sang Imam
dari Ars : "Ketika saya berdoa di depan tabernakel, 'Saya menatap-Nya, dan
Ia menatapku'" (Katekismus Gereja Katolik, 2715).
Sekali lagi saya
mengajak kalian untuk menemukan Tuhan dengan sering membaca Kitab Suci. Jika
kalian belum terbiasa melakukannya, mulailah dengan Injil. Membaca satu atau
dua baris setiap hari. Biarkan sabda Allah berbicara kepada hati kalian dan
mencerahkan jalan kalian (bdk. Mzm 119:105). Kalian akan menemukan bahwa Allah
dapat "dilihat" juga dalam wajah saudara-saudara dan saudari-saudari
kalian, terutama mereka yang paling terlupakan: orang-orang miskin, orang-orang
lapar, mereka yang haus, orang-orang asing, orang-orang sakit, orang-orang yang
dipenjara (bdk. Mat 25:31-46). Apakah kalian pernah memiliki pengalaman ini?
Orang-orang muda yang terkasih, untuk masuk ke dalam logika Kerajaan Surga,
kita harus menyadari bahwa kita miskin bersama orang miskin. Hati yang murni
adalah semestinya hati yang telah ditelanjangi, hati yang tahu bagaimana
membungkuk dan berbagi hidup dengan mereka yang paling membutuhkan.
Berjumpa Allah
dalam doa, pembacaan Alkitab dan dalam kehidupan persaudaraan akan membantu
kalian lebih mengenal Tuhan dan diri kalian. Seperti para murid dalam
perjalanan ke Emaus (bdk. Luk 24:13-35), suara Tuhan akan membuat hati kalian
berkobar-kobar di dalam diri kalian. Ia akan membuka mata kalian untuk
mengenali kehadiran-Nya dan menemukan rencana kasih yang Ia miliki untuk hidup
kalian.
Beberapa dari
kalian merasakan, atau akan segera merasakan, panggilan Tuhan untuk hidup
menikah, untuk membentuk sebuah keluarga. Banyak orang hari ini berpikir bahwa
panggilan ini "usang", tetapi itu tidak benar! Sesungguhnya karena
alasan ini, jemaat gerejani telah terlibat dalam sebuah periode refleksi khusus
tentang panggilan dan perutusan keluarga dalam Gereja dan dunia masa kini. Saya
juga meminta kalian untuk mempertimbangkan apakah kalian sedang dipanggil untuk
hidup bakti atau imamat. Alangkah indahnya melihat orang-orang muda yang
merangkul panggilan untuk mengabdikan diri mereka sepenuhnya kepada Kristus dan
pelayanan Gereja-Nya! Tantanglah diri kalian, dan dengan hati yang murni tidak
takut akan apa yang Allah sedang minta dari kalian! Dari "ya" kalian
terhadap panggilan Tuhan, kalian akan menjadi benih-benih harapan baru dalam
Gereja dan dalam masyarakat. Jangan lupa: kehendak Allah adalah kebahagiaan
kita!
4. Dalam perjalanan
ke Krakow
"Berbahagialah
orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat 5:8). Para
pria dan wanita muda yang terkasih, seperti yang kalian lihat, sabda bahagia
ini berbicara langsung kepada kehidupan kalian dan merupakan sebuah jaminan
kebahagiaan kalian. Jadi sekali lagi saya mendesak kalian : Milikilah
keberanian untuk menjadi bahagia!
Hari Orang Muda
Sedunia tahun ini memulai tahap akhir persiapan untuk pertemuan agung
orang-orang muda dari seluruh dunia di Krakow pada tahun 2016. Tiga puluh tahun
yang lalu Santo Yohanes Paulus II melembagakan Hari Orang Muda Sedunia dalam
Gereja. Peziarahan orang-orang muda dari setiap benua di bawah bimbingan
Penerus Petrus ini telah benar-benar menjadi sebuah prakarsa penyelenggaraan
ilahi dan kenabian. Bersama-sama marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas
buah-buah berharga yang telah dihasilkan Hari Orang Muda Sedunia ini dalam
kehidupan orang-orang muda yang tak terhitung jumlahnya di setiap bagian dunia!
Berapa banyak penemuan-penemuan yang menakjubkan telah dibuat, terutama
penemuan bahwa Kristus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup! Berapa banyak orang
telah menyadari bahwa Gereja adalah sebuah keluarga besar dan menyambut! Berapa
banyak pertobatan, berapa banyak panggilan telah dihasilkan pertemuan-pertemuan
ini! Semoga Paus yang kudus, Pelindung Hari Orang Muda Sedunia, mengantarai
atas nama peziarahan kita menuju Krakownya yang tercinta. Dan semoga tatapan
keibuan Santa Perawan Maria, penuh rahmat, seluruhnya indah dan seluruhnya
murni, menemani kita pada setiap langkah di sepanjang jalan.
Dari Vatican, 31
Januari 2015
Peringatan Santo
Yohanes Bosco
FRANSISKUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar