Beranda Orang Muda, GEMA April 2015
Butuh Dukungan Orangtua
Ada kegembiraan tersendiri
dialami Canris Megawati Naibaho, S.Ag.
(22) saat menjadi pendamping Pendidikan Anak Usia Dini-Bina Iman Anak
(PAUD-BIA) Paroki St. Fidelis a Sigmarinda, Payakumbuh, sejak pertengahan
September 2014. “Anak-anak itu menerima saya dengan tangan terbuka.
Saya pun dekat dengan mereka.
Saya juga merasa terhibur
dan berkesempatan
mendekatkan anak-anak itu dengan Tuhan Yesus,” ucapnya.
Anak kelima dari 13 bersaudara dari pasutri Wilson Naibaho dan Nurmaya
br. Nadeak ini menjadi guru agama Katolik di SD Pius, Payakumbuh.
Alumna Sekolah Tinggi
Pastoral (STP) St. Bonaventura, Delitua-Medan, Sumatera Utara ini menjadi
guru agama sejak 13
September 2014. Tanpa menunggu banyak waktu, ia pun dilibatkan dalam
dunia PAUD-BIA. Perempuan kelahiran Hutamalau, 2 Juni 1992 ini
berupaya ‘menikmati’ karya pelayanan barunya ini.
Di paroki, ia juga aktif dalam kegiatan Orang Muda Katolik (OMK). Sebagai
guru agama Katolik, Canris tahu jumlah anak Katolik usia SD di parokinya,
tetapi belum semua ikut kegiatan
PAUD-BIA. Baru 20-an anak. “Saya membutuhkan dukungan orangtua untuk
mendidik iman anak-anak itu. Kami
pun heran, karena ada orangtua yang tidak mengizinkan anaknya ikut PAUD-BIA. Kalau orangtua
bersikap demikian, para pembina juga tak bisa memaksa,” ungkapnya. (GEMA EDISI APRIL 2015)
Beranda Orang Muda, GEMA April 2015
Merasa Tak Punya Teman
Merasa Tak Punya Teman
Walaupun kerap diajak berdoa di lingkungan ataupun didorong
untuk hidup religius, misalnya sebagai legioner, oleh ibu kosnya
saat masih SMP St. Theresia, Air Molek, namun Ambrosius Wahono belum tertarik kegiatan
menggereja. Begitupun setelah ia menamatkan sekolah di SMA
Handayani, Pekanbaru (2007).
Anak kelima 6 bersaudara dari pasutri Guido Pono dan
Lucia Tugirah ini, baru tergerak hati ikut dalam kegiatan
rohani di gereja pada tahun kedua kuliahnya di
Program Diploma Tiga (D3) Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau
(UR), Pekanbaru. Saat itu, lelaki kelahiran
Klaten, Jawa Tengah, 9 April 1988 ini merasa hidupnya jauh dari Tuhan, jiwanya terasa kosong. Ambrosius menyadari keadaannya
itu di
saat-saat genting akhir kuliahnya. “Saya pun berdoa mohon keberanian untuk menyatukan
diri dengan teman-teman OMK yang belum saya kenal sama sekali”, ujarnya.
Ambrosius mengaku “kikuk” ketika pertama kali mau bergabung dengan teman-teman Orang Muda Katolik (OMK) ) Paroki St. Maria A Fatima, Pekanbaru. Saat itu, ia merasa tidak punya teman dan sibuk dengan diri sendiri. Ia pun berjumpa teman kuliah agama di kampus yang sudah aktif di paroki. Ia diajak dan merasa senang karena mendapatkan teman. Setamat kuliah (2012), Ambrosius bekerja di sebuah perusahaan jasa keuangan (finance) dan kini sebagai tenaga kontrak perusahaan sub kontraktor operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia, dengan wilayah kerja di Sumatera Bagian Tengah (Padang, Riau Daratan, Kepulauan Riau). Karena tuntutan kerja, Ambrosius kerap berpindah-pindah tempat kerja, tempatnya ‘berminggu’pun berpindah. “Jujur, saya kadang tidak ke gereja pada hari Minggu, karena di kota (tempat) saya kerja tidak ada gereja Katolik. Saat-saat seperti itulah saya merasa kangen dengan teman-teman OMK”, katanya. (GEMA EDISI APRIL 2015)
Ambrosius mengaku “kikuk” ketika pertama kali mau bergabung dengan teman-teman Orang Muda Katolik (OMK) ) Paroki St. Maria A Fatima, Pekanbaru. Saat itu, ia merasa tidak punya teman dan sibuk dengan diri sendiri. Ia pun berjumpa teman kuliah agama di kampus yang sudah aktif di paroki. Ia diajak dan merasa senang karena mendapatkan teman. Setamat kuliah (2012), Ambrosius bekerja di sebuah perusahaan jasa keuangan (finance) dan kini sebagai tenaga kontrak perusahaan sub kontraktor operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia, dengan wilayah kerja di Sumatera Bagian Tengah (Padang, Riau Daratan, Kepulauan Riau). Karena tuntutan kerja, Ambrosius kerap berpindah-pindah tempat kerja, tempatnya ‘berminggu’pun berpindah. “Jujur, saya kadang tidak ke gereja pada hari Minggu, karena di kota (tempat) saya kerja tidak ada gereja Katolik. Saat-saat seperti itulah saya merasa kangen dengan teman-teman OMK”, katanya. (GEMA EDISI APRIL 2015)
Beranda Orang Muda, GEMA Maret 2015
Tak Hanya Dibina, Juga Mau Membina
“Menjadi
pendamping Bina Iman Anak (BIA) tantangan
tersendiri, karena kesabaran saya diuji habis-habisan. Meskipun begitu, sebagai warga Orang Muda Katolik
(OMK) hal ini membuat hidup saya berpikiran positif dan lebih dewasa,” ucap Rouli Santa Lucia Limbong (16).
Anak pertama 5 bersaudara pasutri Sander Limbong dan
Nurli br. Hombing ini telah tiga tahun bergelut dengan dunia anak-anak. Warga Kring Santo Yohanes Adeo Paroki St. Yosef, Duri, Riau ini mengasah keterampilan dan pengetahuan tentang kegiatan BIA melalui
berbagai pembekalan yang diadakan di parokinya. Atas
bekal itulah, Rouli bisa
lebih sabar, mampu menciptakan suasana bersahabat dengan anak, menguasai bahan pembinaan. Bersama dua rekan pendamping,
Rouli saat ini melayani 30-an anak-anak. Siswi kelas X jurusan Teknik Komputer Jaringan SMK
Swasta Yapim Taruna, Mandau, Duri ini dulu
juga aktif di BIA di masa kanak-kanaknya.
Walau di sekolah berkutat dengan komputer, remaja perempuan kelahiran Marike,
Binjai, Sumatera Utara, 20 Desember 1998 ini bercita-cita menjadi dosen bahasa
Inggris. Keterlibatan menjadi pendamping BIA dirasakannya sebagai pintu masuk
pertama menjadi pendidik. (GEMA EDISI Maret 2015)
Beranda Orang Muda, GEMA Februari 2015
Beroleh Banyak Pengalaman
“Untuk menggapai cita-cita yang diinginkan, saya mesti belajar lebih
giat dan percaya diri. Berbagai lomba yang pernah diikuti lebih mengasah
keberanian saya,” ucap Roparia Genoveva
Sabailaket (14). Pelajar kelas VIII-3 SMP Yos Sudarso, Muara Siberut,
Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai ini ingin menjadi polisi.
Ropa, panggilan akrabnya, tertarik menjadi polisi karena suka melihat
penampilan apalagi ada sepupunya yang menjadi polisi. Anak ke-2 dari empat
bersaudara pasutri Mateus Ropkunen Sabailaket dan Maria Sapeai ini menyadari
jalan menuju cita-cita masih panjang. Salah satu persiapannya saat SMA kelak
adalah membekali diri dengan keterampilan bela diri karate.
Perempuan
remaja kelahiran Muara Siberut, 2 Maret 2001 ini juga kerap dilibatkan bila ada
perlombaan-perlombaan sebagai utusan sekolah. Ia pernah mengikuti Lomba
Mendongeng dan Deklamasi Puisi. Kemampuan mendongeng mulai tampak saat pertama
kali mengikuti Lomba Mendongeng Tingkat Kabupaten Kepulauan Mentawai (2013) sebagai
utusan SD Negeri 23 Tuapeijat, Sipora Utara. Saat SD pun, ia pun sempat
mengikuti Lomba Karangan Ilmiah dan Lomba Paduan Suara. Penggemar olah raga
bulu tangkis ini berujar, “Walau belum beroleh juara, namun pengalaman mengikuti
lomba tersebut sungguh mengayakan saya. Begitupun pengalaman sebagai asisten
guru pendamping Bina Iman Anak/BIA sungguh mengasah kemampuan mendongeng saya.
Meski sibuk, saya tidak meninggalkan tugas utama sebagai pelajar dan sukses
belajar.”
Beranda Orang Muda, GEMA Januari 2015
Pingin Ngumpul Jadi Satu
Ada kesenangan tersendiri bagi Ronny
Cahyadi, SE (28) bisa mendampingi anak muda Katolik di Paroki Hati Kudus,
Pangkalan Kerinci, Riau. “Kita bisa ngumpul,
saling berbagi (sharing) cerita dan
kisah, bersama berkunjung ke stasi-stasi. Namun, ada kesulitan
mengumpulkan
anak muda Katolik yang berdomisili berjauhan di paroki ini,” ucap Ronny. Setahun
silam (2013), bungsu tiga bersaudara pasutri Handoyo Pramono dan Sri Handayani
ini dimintai bantuannya oleh pastor paroki mendampingi anak-anak muda Katolik.
Lelaki kelahiran Surakarta, Jawa Tengah,
22 September 1986 ini berupaya
menghubungi dan mengumpulkan satu per satu warga OMK paroki setempat. Karyawan
salah satu perusahaan bubur kertas ternama ini gembira melihat tingginya
antusiasme OMK untuk berkumpul dan berkegiatan di gereja. Alumni Fakultas
Ekonomi Universitas Soegijopranoto, Semarang ini mengakui kebanyakan warga OMK
sebagai karyawan. Kalangan OMK pelajar belum banyak yang bergabung. , Ronny mengakui tidak mudah ‘menghidupkan’ kembali wadah yang
sempat vakum, kosong kegiatan selama satu tahun. Ia pun berharap, lewat
langkah-langkah yang dilakukannya, termasuk menggiatkan kegiatan Doa Taize,
dapat menjadi pemicu keterlibatan banyak OMK. Ia juga mendorong penyelenggaraan
pertemuan OMK se-Paroki Hati Kudus Pangkalan Kerinci, awal Juli 2014, sebagai
cikal-bakal pembentukan wadah OMK.
Beranda Orang Muda, GEMA Januari 2015
Berupaya Jaga Kepercayaan
Nelfi Febyola br. Simanjuntak (27) berusaha menjaga
kepercayaan yang diberikan
kepadanya, apalagi tanggung jawab menyangkut uang.
Perempuan kelahiran Duri (Riau) 23 November 1987 ini menyadari dirinya tak boleh
salah dalam hal pengelolaan keuangan. Dalam
pekerjaannya, alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
(2010) ini menangani administrasi keuangan (admin
finance) perusahaan konstruksi dan penyewaan alat berat. Di paroki, ia
menjadi bendahara OMK Paroki dan bendahara
harian Dewan Pastoral Paroki (DPP) St. Yosef, Duri.
Meskipun
menangani keuangan di Gereja tidak mendapatkan gaji seperti di tempat kerja,
Nelfi merasa puas dapat melayani. OMK dan paroki bukanlah lembaga bisnis, tetapi soal keuangan mesti
transparan dan terbuka bagi siapa saja. “Saya
senang bisa membantu adik-adik OMK. Setelah
30 bulan, sebagai bendahara OMK dan DPP saya merasakan kepercayaan ini
berat tanggungjawabnya. Saya mesti menyiapkan laporan yang akurat dan siap
memberikan penjelasan bila dibutuhkan. Saya menikmati tanggung jawab sebagai
bendahara, tanpa beban, dan bekerja lurus-lurus saja. Dalam penggunaan dana
OMK, saya selalu mengonfirmasikannya kepada pihak terkait,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar