Senin, 01 Juni 2015

Memahami panggilan dan tantangan perkawinan Katolik

Tidak kurang dari 130 orang muda katolik se-Kota Padang berkumpul di Wisma Bergamin, komplek Keuskupan Padang merayakan Paskah bersama.  Mereka adalah mahasiswa dari berbagai kampus dan karyawan muda yang berkarya di berbagai lingkungan kerja.

Paskah bersama mahasiswa dan karyawan muda ini diprakarsai oleh Komunitas karyawan/ti muda Katolik (KKMK). Kegiatan paskah ini diisi dengan Misa Paskah bersama dan Seminar yang bertema "Perkawinan Katolik: Panggilan dan Tantangannya", dipandu langsung oleh Pastor Anton Konseng - Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Padang .


Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah populasi umat Katolik yang sedikit di Indonesia dan khususnya di Kota Padang menjadi tantangan tersendiri bagi orang muda Katolik dalam menemukan calon pasangan hidupnya. Tentunya ini akan bermuara pada Sakramen Perkawinan dan berbagai pertimbangan untuk memutuskan akan dipilih. "Hal ini lah yang menjadi dasar utama Paskah bersama difokuskan untuk membahas panggilan dan tantangan perkawpinan Katolik" ujar Pianus Boang manalu, Ketua KKMK Kota Padang.

Perayaan ekaristi dimulai pukul 08.00 WIB. Dalam homilinya, Paston Anton menyampaikan pengalaman hidupnya yang pernah menderita serangan jantung. Sharing tersebut dimaksud untuk mengajak seluruh peserta agar memaknai hidupnya selagi muda dan menjadi saksi kebangkitan Kristus melalui pengalaman hidup sehari-hari. Misa menjadi khidmat dengan paduan suara oleh PMKRI Cabang padang St. Anselmus.

Dalam seminar yang dimoderatori oleh Raymond Bagariang, Pastor Anton menyampaikan bahasan seputar perjalanan pengenalan calon pasangan hidup hingga mengambil keputusan ke jenjang perkawinan. Pembahasan cukup menarik bagi seluruh peserta karena hal ini merupakan hal nyata yang dialami dan dirasakan orang muda. Banyak pertanyaan dari peserta terkait pemilihan jodoh yang cocok, terkait perbedaan agama ataupun beda gereja, persyaratan untuk sakramen perkawinan, dan banyak hal lain. Menjadi semakin menarik saat acara diselingi ice breacking oleh tim pelaksana.

Dalam sesi lanjutan, Pastor Anton menyampaikan hakekat keluarga dan realitas yang dihadapi. “Keluarga bukan sutau tempat yang sudah “built ini”, yang sudah “jadi”. Tetapi harus “dibongkar-pasang”, dikembangkan terus menerus, agar menjadi sebuah tempat yang harmonis, yang menyenangkan, yang mensejahterakan dan menyelamatkan. Hal ini menjadi lebih menarik karena sesuai dengan perhatian khusus  Paus Fransiskus saat ini dan menjadi topik bahasan dalam sinode luar biasapara uskup tentang keluarga di Vatikan pada 15-19 Oktober 2014 dan akan dilanjutkan dalam sinode biasa Oktober 2015. Dalam berbagai kesempatan, juga di dalam anjuran apostoliknya yang pertama, Evangelii Gaudium, Bapa Suci Fransiskus berulangkali mengangkat tema tentang keluarga.

Di bagian akhir acara tampil sepasang suami-istri, Samidi dan Sri, yang menyampaikan pengalaman kehidupan rumah tangga mereka. Ibu Sri, demikian disapa peserta, menceritakan alasannya jatuh hati kepada Bapak Samidi karena “saleh, rajin berdoa, bertanggunggjawab dan juga ganteng. Ketika memutuskan untuk menikah dengan sayangku ini, saya sadar bahwa saya akan dikucilkan dari keluarga karena saya berasal dari keluarga Muslim” demikian ungkap Ibu Sri yang akhirnya menjadi Katolik setelah beberapa tahun umur pernikahan mereka. Karena kesaksian hidup yang baik,keluarganya dapat menerima merkea kembali dan menjadi keluarga yang utuh
 .
Bagaimanakan tanggapan peserta terhadap acara ini?


Christianti, seorang guru di yayasan Prayoga dan sudah mengikuti Kursus Persiapan Perkawinan di parokinya St. Maria Bunda Yesus dan akan melangsungkan perkawinan di awal Mei 2015 mengungkapkan kesan dan usulnya: “Terima kasih untuk penerangan yang telah diberikan sehingga kami semakin mengerti bahwa perkawinan Katolik itu merupakan perkawinan spiritual yang menjadi perwujudan ilahi, satu tak terpisahkan, persekutuan seumur hidup & sakramental dan untuk mencapai semua itu perlu pengenalan dan saling keterbukaan antara pribadi masing-masing pasangan, serta komitmen dalam menjawab panggilan dan tantangan untuk membentuk keluarga Katolik. Usul: Komisi kepemudaan Keuskupan Padang sering-sering mengadakan kegiatan seperti ini untuk meningkatkan keimanan pribadi muda/katolik kepada Tuhan, khususnya untuk muda/i yang berumur 25 tahun ke atas (terutama yang belum memiliki pasangan dalam memilih pasangan untuk menikah), Komisi Kepemudaan dapat menjadi wadah/mediato bagi muda/i Katolik untuk saling bertemu di tengah kesibukan dalam bekerja yang mengurangi kemampuan sosialisasi, selain untuk kegiatan seminar.
Kristianus, mahasiswa, Paroki Santo Fransiskus Asisi Padang baru: “Sangat menarik karena banyak mendapat informasi dan pengetahuan tentang perkawinan Katolik yang ditampilkan dengan pengalaman yang sering terjadi, untuk membangun keluarga dengan bertanggungjawab kepada Tuhan. Pemateri sangat pas karena seorang pastor dan banyak pengalaman dengan orang muda dan persoalan keluarga. Usul: Agar ada kegiatan rutin untuk OMK dan KKMK supaya tetap bisa berkumpul dan menjadi pegangan/kekuatan agar tetap di jalan Tuhan sesuai persoalan yang sering terjadi di orang muda seperti pernikahan beda agama, orang muda yang hidup di kelurga yang bermasalah.

Tidak jauh berbeda dengan Yesinta Simanjuntak, Perawat di RS. Yos Sudarso ini mengungkapkan kesan dan usulnya. Kesan: seminar perkawinan baik bagi pembelajaran sebelum menuju perkawinan. Seminar Perkawinan yang dibawa P. Anton sangat menarik dan mudah dimengerti. Usul: Seminar ini baiknya diadakan per paroki.
Chrisye FX Samosir dari paroki Bunda Yesus, berprofesi PNS (Pegawai Negeri Sipil) menuliskan demikian: Kesan saya acaranya bagus, materinya juga sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan/memulai hubungan. Juga membantu orang muda agar tidak salah kaprah dalam menilai ajaran Gereja tentang keluarga & perkawinan. Usul: Diadakan lagi, trus ada starter kitnya juga. Kalau boleh materinya dibagikan ke peserta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites