Jumat, 23 Maret 2012

Pesan Paus Benedictus XVI di Masa Prapaskah

Komisi Kepemudaan - Pesan Paus Benediktus XVI untuk Masa Prapaskah 2012 diawali dengan kutipan dari Ibr 10:24: ”Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.”


Pesan untuk masa Prapaskah ini ditandatangani pada 3 November 2011. Berikut adalah cuplikan dari pesan tersebut.

”Saudara-Saudari yang terkasih. Masa Prapaskah memberikan kesempatan sekali lagi kepada kita untuk merefleksikan makna terdalam kehidupan kristiani, yakni cinta kasih. Inilah waktu yang baik untuk memperbarui perjalanan iman kita, baik secara pribadi maupun komunitas, dengan bantuan sabda Tuhan dan sakramen-sakramen. …

Saya ingin membagikan beberapa refleksi dalam terang kutipan singkat ayat Kitab Suci, dari Surat kepada Jemaat Ibrani: ”Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”. Ayat ini merupakan bagian dari perikop di mana sang penulis menasihati kita untuk percaya pada Yesus Kristus sebagai Imam Agung yang telah memenangkan kita dengan pengampunan dan membuka jalan kembali kepada Tuhan. Memeluk Kristus akan menghasilkan buah dalam hidup yang ditopang oleh tiga keutamaan teologis, yakni: pertama, mendekatkan diri pada Tuhan ”dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh” (ay 22); kedua, tetap berpegang teguh ”pada pengakuan tentang pengharapan kita” (ay 23); dan ketiga, selalu sadar untuk hidup ”dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (ay 24) bersama saudara-saudari kita. … Di sini saya akan merefleksikan ayat 24. Ayat ini memberikan ringkasan, serta nasihat yang sangat bernilai dan selalu relevan, mengenai tiga aspek dalam kehidupan kristiani, yakni: peduli pada orang lain, sesuatu yang timbal balik, dan kesucian personal.

1. Marilah peduli satu sama lain: tanggung jawab kepada saudara-saudari kita

Aspek pertama adalah panggilan untuk ”memberikan perhatian”, yang diterjemahkan dari kata kerja bahasa Yunani ”katanoein”, yang berarti meneliti dengan cermat, memeriksa dengan sungguh-sungguh dan melakukan penelitian dengan seksama terhadap sesuatu. … Kata kerja yang mengawali nasihat untuk kita ini mengatakan supaya kita melihat orang lain. Pertama-tama yang kita lihat adalah diri Yesus sendiri, kemudian kita saling memberikan perhatian, serta tidak menutup diri dan acuh tak acuh pada nasib saudara-saudari kita. … Apabila kita mampu memupuk cara kita melihat sesama sebagai saudara dan saudari kita, solidaritas, keadilan, pengampunan, dan kepedulian terhadap sesama tentu akan tumbuh secara alami di dalam hati kita. Hamba Tuhan, Paus Paulus VI, mengatakan bahwa dunia saat ini sedang menderita yang disebabkan terutama oleh kurangnya rasa persaudaraan: ”Umat manusia sungguh sedang sakit parah. Pertama-tama bukanlah karena pengurasan sumber daya alam, juga bukan monopoli penguasaan oleh segelintir orang yang mencari keuntungan untuk diri sendiri. Namun, sebab yang sesungguhnya adalah semakin melemahnya ikatan tali persaudaraan antarindividu dan antbangsa.” (Populorum Progressio, 66).

Perhatian pada sesama membutuhkan kemauan untuk mengetahui apa yang baik bagi mereka dari pelbagai aspek, baik fisik, moral, pun spiritual. Budaya kontemporer terlihat telah kehilangan rasa untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Namun situasi ini justru menunjukkan kebutuhan nyata untuk mengafirmasi bahwa yang baik sungguh-sungguh ada dan akan menang, karena Tuhan sungguh ”murah hati” dan ”bertindak dengan murah hati” (Mzm 119:68). … Kitab Suci telah mengingatkan kita akan bahaya, bahwa hati kita dapat menjadi semakin keras karena ”anesthesia spiritual” atau ”matirasa rohani” yang menjadikan kita mati rasa terhadap penderitaan sesama. Lukas menghubungkan dua perumpamaan Yesus menjadi contoh konkret. Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, imam dan Lewi ”melewatinya”, acuh tak acuh pada kehadiran orang yang dirampok dan dianiaya oleh penyamun (cf. Luk.10:30-32). Hal yang sama juga diungkapkan dalam perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus. Orang kaya tersebut tidak mau peduli terhadap kemiskinan Lazarus yang menderita kelaparan hingga sekarat di depan pintu rumahnya (cf. Luk.16:19). Kedua perumpamaan tersebut menunjukkan contoh sikap yang berlawanan dengan ”sikap perhatian”, yang mau memperlakukan sesama dengan cinta kasih dan semangat bela rasa. Apa sebenarnya yang menghalangi tatapan yang penuh kepedulian dan kasih sayang kepada saudara-saudari kita? Sering kali jawabannya adalah kepemilikan harta kekayaan material dan rasa ketercukupan. …

”Memperhatikan satu sama lain” juga meminta kita untuk memperhatikan kehidupan rohani mereka. Di sini saya ingin menunjukkan salah satu aspek kehidupan kristiani yang saya percaya sudah banyak dilupakan, yakni koreksi fraternal dalam rangka keselamatan kekal. Pada umumnya, saat ini kita sangat peka terhadap ide tentang cinta kasih dan pemeliharaan terhadap kehidupan fisik dan material sesama. Namun kita hampir sepenuhnya diam pada tanggung jawab spiritual kita kepada saudara dan saudari kita. Situasi seperti ini tidak terjadi dalam kehidupan Gereja perdana atau dalam komunitas yang sungguh-sungguh matang imannya. Mereka sangat memperhatikan, tidak hanya kesehatan fisik saudara-saudari mereka, tetapi juga kesehatan spiritual dan nasib mereka yang utama. Kitab Suci mengatakan kepada kita: ”Kecamlah orang bijak, maka ia akan mengasihimu. Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi semakin bijaksana. Ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan semakin bertambah.” (Ams 9:8ff ). Kristus sendiri memerintahkan kita untuk menegur saudara kita yang berbuat dosa (cf. Mat 18:15). … Teguran kristiani tidak pernah sekali pun dimotivasi oleh semangat kecurigaan atau tuduh menuduh. Namun, sikap ini selalu digerakkan oleh cinta dan belas kasih, dan tumbuh dari rasa perhatian yang murni bagi kebaikan sesama. Sebagaimana Rasul Paulus mengatakan: ”Jika seseorang di antaramu kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh kelemahlembutan, sambil menjaga dirimu sendiri supaya kamu juga jangan terkena pencobaan yang sama” (Gal 6:1). Dalam dunia yang sudah terkontaminasi oleh individualisme, sangatlah esensial untuk menemukan kembali makna dari koreksi fraternal supaya kita dapat berjalan bersama menuju kesucian. …

2. Memperhatikan satu sama lain: rahmat timbal balik

”Pemeliharaan” pada sesama ini berlawanan dengan mentalitas yang mereduksi hidup secara sempit ke dalam dimensi keduniawiannya, sehingga tidak mampu melihatnya dalam perspektif eskatologis dan tidak mampu menerima pilihan moral apa pun dengan mengatasnamakan kebebasan personal. Suatu masyarakat seperti masyarakat kita saat ini dapat menjadi buta akan penderitaan fisik dan kebutuhan hidup baik spiritual maupun moral. Hal ini sudah seharusnya tidak akan terjadi dalam komunitas kristiani! Rasul Paulus mendorong kita untuk mencari ”jalan-jalan yang mengantar kita menuju damai sejahtera dan yang di dalamnya kita dapat saling mendukung satu sama lain” (Rm 4:19) demi kebaikan sesama kita, ”sehingga kita saling mendukung satu sama lain” (15:2). …

Para murid Allah yang dipersatukan dengan Dia melalui Ekaristi, hidup dalam kasih persaudaraan yang mengikat mereka satu sama lain sebagai anggota satu tubuh. Artinya, bahwa orang lain adalah bagian dari diriku; dan hidup serta keselamatannya menjadi perhatian dalam hidup dan keselamatanku. Di sinilah kita menyentuh aspek yang paling dasar dari persekutuan (communio): eksistensi kita terhubung dengan orang lain untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Baik dosa maupun tindakan cinta kasih kita, mengandung dimensi sosial. Aspek timbal balik ini tampak dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus: Gereja akan terus menerus melakukan silih untuk penebusan dosa dan memohon pengampunan akan dosa anggota-anggotanya. Namun Gereja juga tidak akan lupa untuk terus bersyukur akan teladan keutamaan dan cinta kasih yang muncul di tengah-tengahnya. Santo Paulus mengatakan: ”Masing-masing anggota harus saling memperhatikan satu sama lain” (1Kor 12:25), sebab kita berasal dari satu tubuh. Tindakan cinta kasih kepada saudara-saudari kita, seperti yang diwujudkan dengan memberi derma yang bersama dengan praktik doa dan puasa menjadi kekhasan dari masa Prapaskah, sebenarnya berakar dari harta milik umum. Umat kristiani juga dapat mengekspresikan keanggotaan mereka dalam satu tubuh, yakni Gereja, melalui perhatian konkret kepada yang termiskin di antara yang miskin. …

3. Mengobarkan jawaban dalam cinta kasih dan dalam pekerjaan baik: berjalan bersama dalam kesucian

Ungkapan dalam Surat kepada Jemaat Ibrani ini (10:24) mendorong kita untuk merefleksikan panggilan universal menuju kesucian, melanjutkan perjalanan hidup rohani seperti kita mendambakan rahmat rohani yang lebih besar dan bahkan cinta kasih yang agung dan berlimpah (cf. Kor 12:31-13:13). Memberi perhatian satu sama lain akan memacu kita mencapai cinta kasih yang efektif dengan pesat ”seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari” (Ams 4:18). …

Sayangnya, selalu ada godaan untuk menjadi suam-suam kuku, memadamkan Roh, menolak untuk mengembangkan talenta yang kita terima, untuk kebaikan diri kita sendiri dan sesama (cf. Mat 25:25ff ). Kita semua telah menerima kekayaan rohani dan materi yang dimaksudkan untuk digunakan demi kepenuhan rencana Allah, yakni demi kebaikan Gereja dan keselamatan kita pribadi (cf. Luk 12:21b; 1Tim 6:18). Para guru rohani mengingatkan kita bahwa dalam hidup beriman bagi yang tidak mengalami kemajuan, pasti akan mengalami kemunduran. Saudara-Saudari yang terkasih, marilah kita menerima undangan pada hari ini seperti waktu yang lain untuk mencapai ”standar yang tinggi dalam kehidupan kristiani pada umumnya” (Novo Millennio Ineunte 31). …

Dalam dunia yang membutuhkan umat kristiani untuk memperbarui kesaksian tentang cinta dan kepercayaan pada Tuhan, semoga kita merasakan mendesaknya kebutuhan untuk saling mengantisipasi dalam cinta kasih, pelayanan dan pekerjaan baik (cf. Ibr 6:10). Harapan ini secara khusus ditekankan dalam masa suci dalam rangka persiapan menyambut Paskah. Sebagaimana saya memohon harapan yang baik dalam doa, supaya masa Prapaskah ini diberkati dan berbuah melimpah, saya memercayakan kamu semua dalam pemeliharaan Santa Perawan Maria dan memberikan dengan penuh kasih Berkat Apostolik saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites