Bagi Lusy Ernita Sihotang (19), berbicara tentang budaya berarti berbicara tentang kebiasan
atau tradisi yang dilakukan seorang individu maupun kelompok.
Sementara itu kebudayaan adalah adat istiadat atau kebiasaan yang sulit diubah atau permanen yang dibuat oleh sekelompok orang. Jika kebudayaan itu diubah maka akan menciptakan pertentangan, pro dan kontra. Misalnya: Budaya dari suku-suku yang ada di Indonesia. Akan tetapi, positif dan negatifnya budaya dilihat dari perkembangannnya. Jika hal tersebut positif maka akan dilanjutkan dan jika negatif tentu akan mengalami pergeseran.
Sementara itu kebudayaan adalah adat istiadat atau kebiasaan yang sulit diubah atau permanen yang dibuat oleh sekelompok orang. Jika kebudayaan itu diubah maka akan menciptakan pertentangan, pro dan kontra. Misalnya: Budaya dari suku-suku yang ada di Indonesia. Akan tetapi, positif dan negatifnya budaya dilihat dari perkembangannnya. Jika hal tersebut positif maka akan dilanjutkan dan jika negatif tentu akan mengalami pergeseran.
Namun, di kalangan orang muda justru hal
sebaliknya yang terjadi, hal yang negatif tapi dianggap biasa itulah yang
mereka sebut kebudayaan. Kebudayaan yang seharusnya membawa manusia ke arah
lebih beradab sudah banyak ditinggalkan oleh kaum muda. Contohnya: cara
berpakaian yang sopan dan rapi, berbicara sopan, bersikap santun dan budaya
tata krama lainnya sudah mulai diabaikan dan menjadi ‘lapuk’ di tengah
pergaulan orang muda. Bahkan kepribadiannya pun turut berubah. Di sinilah juga
kita dapat melihat apakah orang ini berbudaya atau tidak, kerena itu tergantung
dari cara pandang dan cara hidup mereka.
Lebih
lanjut, gadis kelahiran Tanjung Raja, 30 September 1995 ini mengatakan, jika
budaya ada maka secara otomatis akan menjadi kebudayaan. Agama misalnya
berkembang dari suatu budaya dan berkembang menjadi suatu kebudayaan namun
diresapi dan dihayati ke level yang lebih tinggi yakni iman. Namun, yang
menjadi kendala menurut anak pertama dari tiga bersaudaran ini adalah sebagian
kaum muda beranggapan agama bukanlah hal terpenting dalam hidup mereka karena
yang terpenting untuk mereka adalah “gaya dan penampilan”. Seperti beberapa
pandangan berikut yang hadir dikalangan orang muda; merokok itu keren karena
jika tidak merokok itu tidak percaya diri di hadapan para wanita, seperti pepatah kaum lelaki; Ayam berkokok diatas genteng tidak
merokok tidak ganteng. Bahkan, zaman sekarang
merokok pun ada di kalangan wanita, karena kata mereka “kita harus mengikuti
perkembangan zaman”. Di sisi lain, mengenai rok mini misalnya, kebanyakan
perempuan suka memakai rok di atas lutut yang terkesan hanya sebagai gaya dan
hiasan bukan untuk menutup aurat. Padahal agama menuntut suatu perkembangan dan
penghayatan moral yang baik dari setiap orang.
Isu lain menurut
putri pasangan Bpk. G. Sihotang dan Ibu R. Sitorus ini misalnya cara orang muda
berpakayan jika ke Gereja, banyak yang menurutnya tidak sopan. “Jika pendapat
akan budaya dan kebudayaan rokok dan rok mini yang lebih diutamakan di kalangan
orang muda sebaiknya pendapat seperti ini segera dihapuskan dari pemikiran
mereka agar kebudayaan yang buruk ini hilang walaupun tidak dengan mudah.
Karena berbudaya bukan bergaya” tutur gadis lulusan SMA N I Sungai Rumbai dan
berencana akan melanjutkan pendidikan Sekolah Pastoralnya di Medan. (ds)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar