"Saudara-saudaraku yang terkasih para uskup, para imam, para diakon, kaum
religius (biarawan-biarawati), para katekis, para petugas pastoral dan
kalian semua yang membaktikan diri dalam bidang pembinaan kaum muda :
saya sangat menghimbau anda untuk memberi perhatian terhadap
anggota-anggota jemaat paroki, kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan
gerejani yang merasakan sebuah panggilan imamat dan hidup yang
dibaktikan secara khusus. Amat pentinglah bagi Gereja untuk menciptakan
suasana yang memungkinkan banyak kaum muda mengatakan “ya” sebagai
jawaban yang jujur terhadap panggilan kasih Allah." Demikian himbauan Paus Benedictus dalam hari doa panggilan sedunia kepada kita seperti dapat dilansir dari katolisistas.org.
Demikianlah Pastor kepala paroki mendorong seksi kepemudaan Paroki St. Fransiskus Asisi Padang Baru untuk mengumpulkan omk-nya dalam sebuah seminar panggilan. Seperti yang diharapkan Paus, Pastor Guido pun mengharapkan agar omk dapat terpanggil dan menjawab "ya" atas panggilan Allah. "Panggilan tidak berarti harus menjadi Pastor ataupun suster, namun kita selalu dipanggil untuk mencari dan menerima kebahagiaan serta memberikan kebahagiaan bagi orang lain dalam hidup" ujar Pastor Guido. Secara khusus dan nyata tentunya gereja berharap agar orang muda bisa menjawab panggilan tersebut dengan aktif dalam hidup menggerja dan menjadi bagian dari gereja .
Seminar panggilan ini diadakan pada Sabtu, 28 april 2012. Seminar ini mengundang Pastor Riduan Fransiskus Naibaho, Pr dan Suster Widia, ALI untuk bercerita terkait panggilan yang mereka jalani. Suster Widia menceritakan perjalanannya dalam menjawab panggilan dengan segala rintangan yang harus ia jalani. Ia adalah anak bungsu dari lima orang bersaudara. Keinginan menjadi biarawati timbul sejak kelas 2 SMP, saat itu ia bertemu dengan seorang suster yang bahagia dalam menjalani hidupnya. Ketertarikan ini membuat ia bercita-cita akan masuk biara setelah tamat SMA. Namun, saat itu tiga orang saudaranya sudah lebih dahulu masuk biara, ini membuat ia tidak mendapatkan izin dari orang tua untuk masuk biara. Akhirnya suster ini masuk biara pada umur 36 tahun, selalu mengikuti niatnya menjadi seorang suster karena cintanya kepada Tuhan. "Dengan cinta, kita bisa menjalani rintangan sesulit apapun" ujar suster Widia.
Pada kesempatan yang sama juga Pastor Riduan menyampaikan perjalanannya menjawab panggilan. Mulai tertarik dan ingin menjadi seorang imam karena melihat seorang pastor di tempatnya yang melayani 33 stasi. Ia adalah anak pertama dari lima bersaudara. Dalam keluarga batak biasanya anak pertama akan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, namun ia menyampaikan kepada orang tuanya terkait niatnya menjadi imam, tidak ada penolakan yang berarti dari orang tuanya. Saat di seminari, Pastor ini sempat menyampaikan bahwa ia hendak keluar dari seminari kepada orang tua lewat surat, namun ia diingatkan bahwa yang memiliki niat dari awal untuk menjadi imam adalah dirinya sendiri dan perkataan ini membuatnya teguh kembali.
Dalam seminar ini, Suster Widia juga menyampaiakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah tergantung pada usia, tapi tergantung pada bisa tidaknya sesorang membedakan hal yang baik dan yang buruk. Salah satu penyimpangan iman yang dilakukan omk adalah main Hp saat misa, ngobrol saat misa dan tidak meluangkan waktu untuk tuhan. Disamping itu sebagai orang muda juga harus siap dalam menjalani kehidupan dengan sesamanya, harus siap menerima kritikan serta menolak segala yang tidak baik. Hal yang sangat disayangkan dari orang muda katolik adalah tidak mengetahui imannya, kebanyakan omk akan gagap ketika ditanyakan terkait iman katolik.
Seminar dihadiri puluhan omk yang berasal dari wilayah I dan II, serta stasi Tabing dan Stasi Pasar Usang. Seminar berlangsung hangat, orang muda yang hadir antusias dalam mendengarkan pemaparan pengalaman narasumber dan bertanya terkait trik ketertarikan dalam organisasi dan panggilan menggereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar