Rabu, 23 Mei 2012

"OMK bukan satu-satunya, Namun OMK adalah Satu"


 Martinus Anwar Novianto,
Lahir di Ambarawa 2 November 1986

Aktifitas saat ini  : 
-     Tim Seksi Kepemudaan Paroki St. Paulus Labuh Baru 
-     Wasekjend Pemuda Katolik Komcab Kota Pekan Baru
-      Pengurus DPD KNPI Proponsi Riau




Menurut anda, masalah apa yang nampak dalam kehidupan OMK saat ini?
1.       1. Pembinaan yang kurang.
       Pembinaan yang kurang ini sangat terasa karena jarang sekali diadakan kegiatan-kegiatan semacam kaderisasi di paroki kami dan khususnya tingkat keuskupan. Padahal kalau kita cermati, pembinaan adalah hal yang paling utama dalam pendampingan kaum muda. Kaum muda adalah pribadi yang memiliki semangat, jiwanya berapi-api, memiliki tenaga lebih untuk berbuat sesuatu hal. Jika pribadi yang seperti ini tidak diberikan pembinaan maka kita(gereja) akan kehilangan mereka padahal mereka adalah masa depan gereja. Hal nyata dapat kita lihat dari banyaknya orang muda yang pindah agama khususnya dikarenakan pernikahan, ini memperlihatkan bahwa dasar iman orang muda itu tidak kuat.

2.       2. Orang muda kurang dapat memposisikan diri pada orang tua, sehingga terkesan orang muda tidak mendapat dukungan dari pihak orang tua. Contohnya ketika ada salah seorang orang muda berbohong kepada orang tuanya, minta izin ikut kegiatan omk tapi nyatanya keluyuran. Di sisi lain kita melihat orang tua kurang bisa memahami kehidupan anak muda sekarang. Seolah ini seperti zaman mereka muda dulu, padahal nyatanya banyak perubahan dan jelas tantangannya lebih banyak. Keadaan ini seolah menggambarkan orang tua tidak siap memiliki anak terutama dalam menghadapi perubahan zaman ini.

3.            3. Sensitifitas antar kelompok orang muda
Kita dapat melihat bahwa dalam satu paroki ada beberapa kelompok orang muda seperti Persekutuan Doa orang muda, Legio Maria orang muda, keluarga mahasiswa katolik, PMKRI dan Pemuda Katolik, bahkan kadang-kadang pengurus OMK menjadi satu kelompok sendiri. Dalam kehidupan nyata menggereja kita dapat melihat adanya sensitifitas diantara kelompok-kelompok ini, seolah ingin menonjolkan kelompoknya masing-masing dan menyatakan kelompok lain bukanlah apa-apa. Ini jelas ancaman bagi eksistensi orang muda itu sendiri.
Penyebab hal ini terjadi adalah
a)     kurangnya pemahaman terhadap apa yang dimaksud dengan Orang Muda Katolik. kita harusnya tahu bahwa OMK itu adalah orang muda yang berusia 13 sampai dengan 35 tahun dan belum menikah, nah apapun kelompoknya selama ia masih dalam rentang usia tersebut maka ia adalah OMK, tidak perlu mendaftarkan diri dan mengikuti hal-hal teknis layaknya organisasi. Kita semua adalah orang muda katolik. Memang kelompok OMK bukan satu-satunya kelompok muda yang ada, ada PD, Legio, PMKRI , PK dan lainnya tapi tetap saja semua adalah OMK yang satu.
b)      tidak ada yang memicu kelompok-kelompok yang ada ini untuk berkumpul dan berkomunikasi. Disini juga dibutuhkan kerendahan hati dari kelompok-kelompok yang ada untuk memahami dan memberi pemahaman kepada yang lain bahwa dirinya dan yang lain itu juga adalah OMK, OMK adalah satu untuk gereja dan tentunya juga untuk Tanah Air Indonesia.

Kira-kira kalau masalah ini tidak diselesaikan bagaimana?
Jika hal-hal yang menjadi masalah ini tidak dibenahi maka gereja akan terjebak pada perjalanannya sendiri, dan gereja itu adalah kita sendiri terutama para orang dewasa yang sekarang adalah pemimpin baik di tingkat rayon sampai dengan paroki. Mungkin beberapa saat ke depan akan selalu banyak orang yang pergi ke gereja tetapi tanpa tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, ini karena tidak dibina sejak sekarang selagi masih muda. “Akhirnya gereja katolik hanya sebatas doa tanpa perbuatan”.

Harapan ke depan?
Kita sangat menyayangkan kalau kenyataanya tidak ada orang yang konsen dalam pembinaan kaum muda, hanya sambilan . dia tidak akan tahu mau dibawa kemana OMK ini, akhirnya yang terjadi adalah OMK diarahkan membuat kegiatan dengan sukses tanpa didampingi dan diarahkan untuk mengambil nilai-nilai yang positif. 

    Saya berharap para pastor paroki dapat memahami kehidupan anak muda sehingga bisa masuk ke dalam kehidupan mereka dan akhirnya membawa orang muda ini sesuai dengan apa yang diharapkan gereja. Sehingga pastor dan OMK bisa bersam membuat program untuk gereja dan omk sendiri.  Disamping itu KOMKEP juga mungkin bisa menghimbau pastor paroki agar melinatkan omk dalam kehidupan menggereja  dan tidak hanya kalau butuh tenaga baru mencari OMK. (reb)

1 komentar:

  1. Menurut saya, ada 1 lagi Mas: "Kurangnya Hubungan OMK dengan Pengurus Gereja" OMK masih berjalan sendirian sehingga program kerja yang dibuat terlaksana tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan.

    Harapan saya : "Dari seksi Kepemudaan Perlu melakukan sosialisasi Tentang OMK bukan hanya Orang muda tetapi pengurus gereja juga, agar satu visi dan misi"

    Bangkitalh OMK...!!! Gereja dan Bangsa Menanti Karyamu..

    BalasHapus

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites