Rabu pagi, 1 Agustus 2012
direncanakan Pastor Ottorino Monacci akan berkunjung ke salah satu stasi di
Paroki St.Paulus Pekanbaru. Sesaat sebelum berangkat pastor yang akrab
dipanggil Pastor Monacci ini mengeluh sakit dibagian dada dan meminta untuk
dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Dalam perjalanan ia sempat berkata “saya
sudah merasa lebih baik, untuk apa kita periksa”. Perkataannya itu disampaikan
kepada Pastor Franco yang menemaninya ke rumah sakit.
Sesaat kemudian Pastor Monacci
menyampaikan kalimat seperti berikut :“Kita Semua akan menuju kematian, jika
itu terjadi padaku aku ingin suasana yang tenang. Bagiku kematian adalah jalan
menuju hidup yang benar. Aku sudah 70 tahun lebih hidup di dunia, aku tidak
takut untuk itu. Tentang penguburan tidak masalah bagi saya, dibakarpun tidak
apa-apa. Meskipun saya berharap ada yang mendoakan saya”. Pastor Franco mengaku
kaget mendengarnya, hal itu disampikannya saat Misa
Requiem di Gereja St.Fransiskus Asisi Padangbaru sebelum pemakaman.
Pastor Monacci adalah Misionaris
Xaverian yang lahir pada tanggal 7 Maret 1940 di Italia. Ia ditahbiskan menjadi
Imam pada tanggal 20 Juni 1964 dan bergabung dengan Serikat Xaverian 3 Oktober
1966. Ia masuk dan berkarya di indonesia sejak Januari 1968. Ia sempat berkarya
di Pasaman, Kepulauan Mentawai dan Pekanbaru.
Pastor ini dikenal dengan kesederhanaannya, berjalan tanpa alas kaki, menggunakan celana pendek, dan janggutnya yang panjang.bukan dikenal sebagai orang. Ia juga adalah seorang yang teliti dan fokus dalam mengerjakan tugas-tugasnya, ia pun adalah orang yang tepat waktu. Jauh sebelum waktu yang telah ditentukan ia telah siap dan menyiapkan segala hal yang dibutuhkan.
“Pastor Monacci adalah seorang yang rapi, teratur dan terjamin sepertinya bertolak belakang dengan penampilan fisiknya yang ala kadarnya, yang tanpa alas kaki, celana pendek, baju dari abad ke berapa” ujar Uskup saat misa di kapel Biara Xaverian. Ia pun bukan orang yang tampil dalam perdebatan dengan argumen yang meyakinkan, tapi dia sangat mengerti bahasa orang dimana ia berada, tambah Uskup Padang tersebut. Hal ini juga diakui oleh umat dimana ia pernah berkarya. Inilah yang membuat banyaknya umat merasa kehilangan dengan kepergiannya. Ini terlihat dengan ramainya umat St.Paulus labuh baru hadir dalam misa requiemnya. Beberapa juga ikut mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhirnya di Padang, termasuk perwakilan OMK.
Menurut Monaci, sejak lulus dari
Seminari Tinggi di Novara dan ditahbiskan pada 20 Juni 1964, ia selalu memendam
hasrat untuk bisa berkunjung ke bagian timur dunia. ”Saya suka Timur. China,
Jepang, itu hasrat saya. Saya selalu merasa ada sesuatu di Timur,” katanya.
Namun ia tidak putus hubungan dengan kampung halamannya. Ia selalu berkunjung
saat ia pulang ke Italia dan membangun hubungan yang baik. Sampai pada saat
hari ia meninggal, masyarakat di kampung halamannya pun mengadakan misa requiem
untuk beliau.
Terimakasih atas artikel ini. Kami dari Salah satu stasi yang bernaung di bawah Paroki St Paulus menerbitkan buletin yang pada tgl 4 Ags ylu bercerita ttg Pastor Monaci.
BalasHapusAda juga foto-foto beliau pada saat di RS Santa maria.
Kami ingin bagikan disini. Semoga berkenan.
http://www.facebook.com/notes/buletin-mingguan-stasi-st-philipus-arengka-ujung-pekanbaru/in-memoriam-pastor-ottorino-monacisx-/395116813883488
Regards,
Redaksi Buletin Stasi St Philipus Arengka Ujung Pekanbaru
(Renata)