Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama (DKDAB) mengeluarkan surat Ucapan Selamat Idul Fitri kepada umat Muslim di seluruh dunia. Tradisi menyampaikan ucapan seperti ini sudah dilakukan Gereja Katolik sejak 1967.
Tahun ini, surat yang ditandatangani oleh Presiden DKDAB Jean Louis Kardinal Tauran dan Sekretaris DKDAB Uskup Agung Pier Luigi Celata ini mengangkat tema “Mendidik Kaum Muda Kristiani dan Muslim Untuk Keadilan dan Perdamaian”. Berikut isi surat tersebut:
Sahabat-sahabat Muslim yang terkasih,
Hari Raya ‘Id al-Fitri yang mengakhiri bulan suci Ramadhan, memberikan kegembiraan kepada kami di Dewan Kepausan Untuk Dialog Antarumat Beragama (DKDAB), untuk menyampaikan salam hangat kami kepada Anda. Kami bersukacita bersama Anda oleh karena waktu yang istimewa ini yang memberikan kesempatan kepada Anda untuk memperdalam ketaatan kepada Allah melalui puasa dan berbagai amal bakti lainnya, yang juga adalah nilai yang kami junjung tinggi. Inilah sebabnya, tahun ini, kami merasa tepat untuk memfokuskan refleksi kita bersama pada pendidikan kaum muda Kristiani dan Muslim untuk keadilan dan perdamaian, yang sejatinya tidak bisa dipisahkan dari kebenaran dan kebebasan.
Jika tugas pendidikan itu dipercayakan kepada masyarakat seluruhnya, maka pertama dan utama, serta secara khusus merupakan tugas orangtua, dan sekaligus bersama mereka, merupakan tugas keluarga-keluarga, sekolah-sekolah, dan universitas-universitas, dengan tidak melupakan mereka yang bertanggung jawab untuk kehidupan keagamaan, sosial, dan ekonomi, dan dunia komunikasi. Ini merupakan sebuah upaya yang indah sekaligus sulit, yakni membantu anak-anak dan kaum muda untuk menemukan dan menumbuhkembangkan berbagai sumber daya yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka, dan untuk membangun relasi-relasi kemanusiaan yang bertanggung jawab. Dengan merujuk pada tugas-tugas para pendidik, Bapa Suci Paus Benediktus XVI, belum lama ini, menegaskan sebagai berikut: “Oleh karena itu, dewasa ini, lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan saksi-saksi yang otentik dan bukan sekadar orang-orang yang mengkotak-kotakkan aturan-aturan dan fakta-fakta… Seorang saksi adalah dia yang pertama-tama hidup sesuai dengan apa yang dia anjurkan kepada orang lain” (Pesan Hari Perdamaian Sedunia, 2012). Di samping itu, hendaknya kita juga ingat bahwa anak-anak muda sendiri pun bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pembentukan mereka sendiri untuk keadilan dan perdamaian.
Keadilan ditentukan pertama-tama oleh identitas pribadi manusia, yakni keseluruhan dirinya; artinya tidak hanya direduksi ke dalam dimensi komutatif dan distributifnya. Kita tidak boleh lupa bahwa kebaikan bersama tidak bisa dicapai tanpa solidaritas dan kasih persaudaraan! Bagi orang-orang beriman, keadilan sejati yang dihidupkan di dalam persahabatan dengan Allah, memperdalam segala persahabatan lainnya: persahabatan dengan diri sendiri, dengan sesama, maupun dengan segenap ciptaan. Lebih dari itu, mereka mengakui bahwa keadilan memiliki asal-muasal di dalam kenyataan bahwa semua manusia diciptakan oleh Allah dan dipanggil untuk menjadi satu, satu keluarga saja. Pemahaman yang demikian, dengan tetap menaruh rasa hormat terhadap akal budi dan keterbukaan kepada yang transenden, mendesak semua manusia yang berkehendak baik, sekaligus mengundang mereka untuk menyelaraskan hak-hak dan kewajiban mereka.
Di dalam dunia kita yang tengah menderita ini, tugas mendidik kaum muda demi perdamaian dan keadilan menjadi semakin mendesak. Untuk melibatkan diri kita secara layak, butuh pemahaman akan hakikat perdamaian yang benar: Perdamaian tidak hanya terbatas pada situasi tanpa perang, atau keseimbangan kekuatan dari dua kubu yang bertikai, tetapi perdamaian adalah sekaligus anugerah dari Allah dan upaya keras manusia yang harus dikejar tanpa henti. Perdamaian adalah buah dari keadilan dan pengaruh dari kasih. Merupakan hal yang penting bahwa umat beriman selalu aktif di dalam komunitas-komunitas mereka, di mana melalui praktik belarasa, solidaritas, kerjasama, dan persaudaraan, mereka mampu memberikan sumbangan terhadap identifikasi tantangan-tantangan besar masa kini: pertumbuhan yang harmonis, perkembangan yang integral, pencegahan, dan pemecahan konflik-konflik. Inilah beberapa dari sekian banyak contoh tantangan lainnya.
Pada akhirnya, kami ingin mendorong para pembaca Pesan dan Ucapan Selamat ini dari kalangan kaum muda Muslim dan Kristiani untuk terus mengembangkan kebenaran dan kebebasan, supaya menjadi pewarta-pewarta keadilan dan perdamaian yang sejati, dan pembangun-pembangun budaya yang menghormati martabat serta hak setiap warga. Kami mengajak mereka untuk memiliki kesabaran dan keuletan yang perlu untuk merealisasi cita-cita ini, tidak pernah mengambil jalan menuju kompromi-kompromi penuh kebimbangan, jalan pintas yang memperdaya atau menuju cara-cara yang menunjukkan kurang respek terhadap pribadi manusia. Hanya orang-orang yang secara tulus ikhlas diyakinkan oleh pentingnya hal-hal ini, akan mampu membangun masyarakat, di mana keadilan dan perdamaian menjadi kenyataan.
Semoga Allah memenuhi hati, keluarga-keluarga, dan komunitas-komunitas mereka yang memelihara hasrat untuk menjadi ‘alat-alat perdamaian’, dengan sukacita dan harapan.
"Selamat berbahagia kepada Anda semua!”
sumber: HIDUPKATOLIK.com
Tahun ini, surat yang ditandatangani oleh Presiden DKDAB Jean Louis Kardinal Tauran dan Sekretaris DKDAB Uskup Agung Pier Luigi Celata ini mengangkat tema “Mendidik Kaum Muda Kristiani dan Muslim Untuk Keadilan dan Perdamaian”. Berikut isi surat tersebut:
Sahabat-sahabat Muslim yang terkasih,
Hari Raya ‘Id al-Fitri yang mengakhiri bulan suci Ramadhan, memberikan kegembiraan kepada kami di Dewan Kepausan Untuk Dialog Antarumat Beragama (DKDAB), untuk menyampaikan salam hangat kami kepada Anda. Kami bersukacita bersama Anda oleh karena waktu yang istimewa ini yang memberikan kesempatan kepada Anda untuk memperdalam ketaatan kepada Allah melalui puasa dan berbagai amal bakti lainnya, yang juga adalah nilai yang kami junjung tinggi. Inilah sebabnya, tahun ini, kami merasa tepat untuk memfokuskan refleksi kita bersama pada pendidikan kaum muda Kristiani dan Muslim untuk keadilan dan perdamaian, yang sejatinya tidak bisa dipisahkan dari kebenaran dan kebebasan.
Jika tugas pendidikan itu dipercayakan kepada masyarakat seluruhnya, maka pertama dan utama, serta secara khusus merupakan tugas orangtua, dan sekaligus bersama mereka, merupakan tugas keluarga-keluarga, sekolah-sekolah, dan universitas-universitas, dengan tidak melupakan mereka yang bertanggung jawab untuk kehidupan keagamaan, sosial, dan ekonomi, dan dunia komunikasi. Ini merupakan sebuah upaya yang indah sekaligus sulit, yakni membantu anak-anak dan kaum muda untuk menemukan dan menumbuhkembangkan berbagai sumber daya yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka, dan untuk membangun relasi-relasi kemanusiaan yang bertanggung jawab. Dengan merujuk pada tugas-tugas para pendidik, Bapa Suci Paus Benediktus XVI, belum lama ini, menegaskan sebagai berikut: “Oleh karena itu, dewasa ini, lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan saksi-saksi yang otentik dan bukan sekadar orang-orang yang mengkotak-kotakkan aturan-aturan dan fakta-fakta… Seorang saksi adalah dia yang pertama-tama hidup sesuai dengan apa yang dia anjurkan kepada orang lain” (Pesan Hari Perdamaian Sedunia, 2012). Di samping itu, hendaknya kita juga ingat bahwa anak-anak muda sendiri pun bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pembentukan mereka sendiri untuk keadilan dan perdamaian.
Keadilan ditentukan pertama-tama oleh identitas pribadi manusia, yakni keseluruhan dirinya; artinya tidak hanya direduksi ke dalam dimensi komutatif dan distributifnya. Kita tidak boleh lupa bahwa kebaikan bersama tidak bisa dicapai tanpa solidaritas dan kasih persaudaraan! Bagi orang-orang beriman, keadilan sejati yang dihidupkan di dalam persahabatan dengan Allah, memperdalam segala persahabatan lainnya: persahabatan dengan diri sendiri, dengan sesama, maupun dengan segenap ciptaan. Lebih dari itu, mereka mengakui bahwa keadilan memiliki asal-muasal di dalam kenyataan bahwa semua manusia diciptakan oleh Allah dan dipanggil untuk menjadi satu, satu keluarga saja. Pemahaman yang demikian, dengan tetap menaruh rasa hormat terhadap akal budi dan keterbukaan kepada yang transenden, mendesak semua manusia yang berkehendak baik, sekaligus mengundang mereka untuk menyelaraskan hak-hak dan kewajiban mereka.
Di dalam dunia kita yang tengah menderita ini, tugas mendidik kaum muda demi perdamaian dan keadilan menjadi semakin mendesak. Untuk melibatkan diri kita secara layak, butuh pemahaman akan hakikat perdamaian yang benar: Perdamaian tidak hanya terbatas pada situasi tanpa perang, atau keseimbangan kekuatan dari dua kubu yang bertikai, tetapi perdamaian adalah sekaligus anugerah dari Allah dan upaya keras manusia yang harus dikejar tanpa henti. Perdamaian adalah buah dari keadilan dan pengaruh dari kasih. Merupakan hal yang penting bahwa umat beriman selalu aktif di dalam komunitas-komunitas mereka, di mana melalui praktik belarasa, solidaritas, kerjasama, dan persaudaraan, mereka mampu memberikan sumbangan terhadap identifikasi tantangan-tantangan besar masa kini: pertumbuhan yang harmonis, perkembangan yang integral, pencegahan, dan pemecahan konflik-konflik. Inilah beberapa dari sekian banyak contoh tantangan lainnya.
Pada akhirnya, kami ingin mendorong para pembaca Pesan dan Ucapan Selamat ini dari kalangan kaum muda Muslim dan Kristiani untuk terus mengembangkan kebenaran dan kebebasan, supaya menjadi pewarta-pewarta keadilan dan perdamaian yang sejati, dan pembangun-pembangun budaya yang menghormati martabat serta hak setiap warga. Kami mengajak mereka untuk memiliki kesabaran dan keuletan yang perlu untuk merealisasi cita-cita ini, tidak pernah mengambil jalan menuju kompromi-kompromi penuh kebimbangan, jalan pintas yang memperdaya atau menuju cara-cara yang menunjukkan kurang respek terhadap pribadi manusia. Hanya orang-orang yang secara tulus ikhlas diyakinkan oleh pentingnya hal-hal ini, akan mampu membangun masyarakat, di mana keadilan dan perdamaian menjadi kenyataan.
Semoga Allah memenuhi hati, keluarga-keluarga, dan komunitas-komunitas mereka yang memelihara hasrat untuk menjadi ‘alat-alat perdamaian’, dengan sukacita dan harapan.
"Selamat berbahagia kepada Anda semua!”
sumber: HIDUPKATOLIK.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar