Rekan – rekan muda yang terkasih, kita sebagai umat Katolik sering mendengar
istilah devosi seperti: devosi kepada sengsara Yesus, devosi kepada Hati
Kudus Yesus, devosi kepada Sakramen
Mahakudus, devosi kepada Maria, dll. Beberapa dari kita mungkin sudah mengerti tentang
devosi, ada yang pernah mendengar, atau ada yang belum tahu sama sekali. Untuk
menambah sedikit pengetahuan kita, marilah kita bahas tentang devosi.
Banyak devosi telah
secara resmi diakui oleh Gereja sebagai sesuatu yang berharga bagi perkembangan
iman umat. Semua devosi harus diatur sedemikian rupa sehingga selaras dengan
liturgi kudus: sesuai dengan masa liturgi, bersumber pada liturgi, dan
mengantar umat kepada liturgi, sebab menurut hakekatnya liturgi jauh
mengungguli semua bentuk devosi (lihat KL13).
Tujuan dari
devosi antara lain:
1. Menggairahkan iman dan kasih kepada
Allah;
2. Mengantar umat pada penghayatan
irnan yang benar akan misteri karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus;
3. Mengungkapkan dan meneguhkan iman
terhadap salah satu kebenaran misteri iman;
4. Memperoleh buah-buah rohani.
Seperti yang kita ketahui
bahwa Gereja Katolik setiap bulan Mei dan Oktober berdevosi kepada Bunda Maria.
Devosi kepada
Bunda Maria adalah seluruh kebaktian kepada Maria Ibu Yesus dari Nazaret dalam
bentuk puji-pujian, kagum, hormat dan cinta dengan meneladani cara hidupnya
sambil memohon bantuan pengantaraan doanya bagi Gereja yang masih dalam
perjalanan ziarah menuju persatuan dengan Allah di tanah air surgawi (bdk.LG
No. 66).
Mungkin ada
rekan – rekan yang bertanya – tanya,
kenapa sih Bunda Maria di hormati secara khusus, ada doa Salam Maria, Litani
Maria, ada Legio Mariae, Gerakan Imam Maria, dll....ini beberapa alasan pokok
mengapa Maria dapat dihormati khusus dan dapat dimintakan pengantaraan doanya
oleh umat Katolik:
·
Pertama,
Maria dipilih Tuhan secara istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus Kristus juru
selamat manusia. Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang
membahagiakan oleh Gereja sepanjang masa.
·
Kedua,
seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium No.62, keibuan Maria dalam tata
rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari persetujuan yang diberikannya
dengan setia pada saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel dan yang dipertahankannya
tanpa ragu sampai di kaki salib sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang
beriman. Setelah diangkat ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini,
melainkan melanjutkannya melalui perantaraan limpah dengan memberikan kita
anugerah keselamatan abadi.
Hal itu menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual
sepanjang sejarah Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari
panggung sejarah dunia. Karena itu Maria sungguh melebihi segala makluk di
surga maupun di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi alasan bagi umat
beriman untuk memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria sambil
meneladani dan memohon bantuan pengantaraan doanya pada Allah.
Bentuk devosi kepada Bunda Maria:
Doa kepada
Maria:
Seperti Doa
Salam Maria, Sabtu sebagai Hari Maria dan Mei sebagai Bulan Maria.
1. Doa Salam Maria. Doa salam Maria
berasal dari Salam Malaikat Gabriel (Lk 1:28) dan pujian Elisabet (Lk 1:42).
Pada abad ke-VI untuk pertama kalinya di Gereja Timur (Yunani) "Salam
Malaikat Gabriel dan pujian Elisabeth" digabungkan: "Salam Maria
penuh rahmat. Tuhan sertamu. Terpujilah Engkau di antara semua wanita dan
terpujilah buah tubuhmu Yesus". Rumusan doa ini dijadikan sebagai doa
antiphon dan didaraskan secara berulang-ulang. Baru setelah beberapa tahun
kemudian, antiphon yang berasal dari salam malaikat dan Elisabeth ini disatukan
dengan doa permohonan Gereja (umat beriman): "Santa Maria Bunda Allah,
doakan kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin."
2. Sabtu sebagai Hari Maria. Pada abad
yang sama Hari Sabtu juga dipersembahkan kepada Maria untuk memperingati
kedukaan Maria yang sangat dalam atas kematian PuteraNya Yesus Kristus.
3. Mei sebagai Bulan Maria. Bulan Mei
masih merupakan bagian musim semi untuk Eropa, karena itu umat Eropa dulu
mempersembahkan bulan Mei kepada Maria agar bunga-bunga yang bersemi pada bulan
ini mendorong kita untuk merenungkan kelimpahan harta rohani Bunda Maria.
Seperti bunga-bunga musim semi menghiasi bumi, demikian juga umat beriman
diharapkan secara alamiah bagai bunga-bunga bersemi menghormati Maha Pencipta
bersama Bunda Maria.
Empat
Antipon Utama Maria:
1. Alma Redemtoris Mater:
·
dinyanyikan
pada masa Adventus.
·
dalam lagu
ini Maria dipuji sebagai "gerbang surga dan bintang laut" karena
menerima salam malaikat Gabriel dan akan melahirkan penebus manusia.
2. Ave Regina Caelorum
·
dinyanyikan
sejak masa natal sampai pekan suci.
·
Isinya:
semacam ajakan atau rayuan umat beriman agar Maria sudi bergembira bersama
Gereja atas karunia penebusan melalui Yesus Kristus.
3. Regina Caeli
·
dinyanyikan
pada masa paska.
·
Isinya:
ajakan umat beriman agar Maria bergembira bersama Gereja atas kebangkitan
Puteranya Yesus Kristus dari kematian
4. Salve Regina:
·
dinyanyikan
pada masa biasa setelah masa paska sampai sebelum Adventus.
·
Isinya:
Maria dipuji sebagai bunda pemurah, dan harapan umat beriman. Maria diyakini
sebagai pembela umat beriman pada pengadilan terakhir di hadapan Kristus
sebagai HAKIM pada akhir jaman.
Dalam doa litani, Maria diberi gelar dan nama yang bermacam-macam, dan
kemudian dia dipuji berdasarkan gelar-gelar itu.
Doa Rosario adalah doa kepada atau
melalui Maria dengan mendaraskan 150 kali Salam Maria sambil merenungkan
peristiwa-peristiwa inti hidup Yesus dan Maria sambil menghitung biji rosario.
"Rosario" berasal dari kata bahasa Latin "rosa", artinya
"bunga mawar". Sedangkan "rosario" artinya "rangkaian
atau untaian karangan bunga mawar". Di Eropa dulu (dan sampai sekarang),
bunga mempunyai arti yang sangat penting. Bunga bisa diberikan kepada seseorang
sebagai tanda cinta, sayang atau hormat. Pada abad pertengahan khususnya,
seorang hamba mempunyai kebiasaan merangkaikan karangan bunga mawar untuk
kemudian dipersembahkan kepada tuannya. Diperkirakan bahwa umat Kristen pada
zaman ini secara imitatif mengambil alih kebiasaan ini. Dalam devosi kepada Maria,
umat Kristen menyadari diri sebagai hamba-hamba Maria. Lalu sebagai pelayaan
Maria, mereka merangkaikan bunga mawar (wreaths and crowns of roses) untuk
dipersembahkan kpd Maria. Demikianlah devosi marial pada abad pertengahan
berpusat pada simbol bunga mawar. Caranya: Umat Kristen merangkaikan bunga
mawar itu semacam mahkota, lalu meletakannya di rumah ibadat di depan gambar
atau patung St. Maria. Dalam proses merangkaikan bunga mawar itu, mereka
mengucapkan litani pujian kepada Maria. Dengan itu tidak terlalu sulit untuk
memahami bahwa biji tasbih atau manik-manik yang sekarang lebih dikenal dengan
nama BIJI ROSARIO merupakan perkembangan untaian mahkota bunga mawar itu.
Kebiasaan berdoa dengan menggunakan hitungan
biji-bijian sudah sangat tua usianya dan kita temui juga dalam sejumlah agama
lainnya sbb :
·
Orang peru
kuno sudah memakai hitungan manil-manik dalam doa mereka.
·
Di Ninive
(abad IX BC) ditemukan angka pahatan yang memperlihatkan sebuah untaian
manik-manik.
·
Orang Islam,
Hindu, Bunda di Cina, India dan Jepang sudah lama mengenal kebiasaan berdoa
sambil memakai hitungan biji-bijian.
·
Umat Islam
khususnya mengenal doa yang disebut "doa tasbih", yaitu doa yang
terdiri atas sebuah untaian 99 butir untuk menyebut nama Allah yang Mahaesa.
·
Tasbih yang
sama sudah ada pada umat Kristen Timur (Yunani) sejak lama yang mengulang-ulang
doa pendek tertentu dengan menyebut nama Allah dan Yesus Kristus.
·
Rangkaian
doa tasbih ditemukan dalam kubur Santa Getrudis dari Nivella pada abad yang ke
IV.
·
Para pertapa
di padang gurung dulu juga biasa memakai hitungan biji tasbih dalam doa mereka.
Para pertapa itu mempunyai sebuah bakul yang berisikan kelereng yang berfungsi
untuk menghubungkan doa-doa mereka yang mereka ucapkan setiap hari.
Itu berarti, pemakaian hitungan biji tasbih dalam
doa-doa sudah sangat tua usia nya dan merupakan suatu gejala umum pada setiap
agama, dan umumnya bertujuan untuk MENGHITUNG DOA-DOA TERTENTU SEHINGGA MUDAH
DIDARASKAN BERSAMA DAN UNTUK MENCIPTAKAN KONSENTRASI WAKTU BERDOA.
Pada mulanya doa Gereja perdana berpusat sekitar 150 mazmur Daud. Pada
jaman Renainsance pada umumnya umat beriman, yang dapat membaca, memiliki buku
doa mazmur. Pada rahib biasanya membagi 150 mazmur itu atas
tiga bagian berdasarkan atas tiga pembagian waktu doa yaitu pagi, siang dan
malam, sehingga menjadi 3 kali 50 mazmur. Sedangkan
umat beriman, yang tidak dapat membaca, dapat mendaraskan 150 kali Doa Bapa Kami dan Salam
Maria sebagai ganti 150 mazmur Daud (3 x
50) dalam waktu sehari. Dan untuk menjamin konsetrasi dalam berdoa, mereka
memakai bantuan hitungan tasbih. Dengan demikan, pada mulanya doa rosario
menjadi doa pengganti doa mazmur bagi
saudara-saudara yang tidak dapat membaca. Sebab itu, waktu kerap kali doa
Rosario disebut "Kitab mazmur Maria" (the
Psalter of Our Lady). Doa Rosario dalam paralelitasnya dengan doa
Mazmur dapat dirincikan sebagai berikut:
·
Sepuluh kali
doa "Salam Maria" berperan sebagai pengganti pendarasan Mazmur,
·
dan
"kemuliaan kepada Bapa..." berperan sebagai doa tanggapan
Bulan
Oktober sabagai Bulan Rosario:
Semangat dan minat umat Kristen Katolik terhadap doa rosario mendorong sejumlah Paus untuk
menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Paus Leo XIII secara
resmi menetapkan bulan Oktober sebagai bulan rosario, menulis: "Kepada
Bunda Surgawi ini kita telah persembahkan kembang-kembang mawar pada bulan Mei,
maka kepadanya kita juga hendak mempersembahkan panen buah-buahan yang
berlimpah bulan Oktober dengan hati yang penuh ikhlas." Pada tahun 1883,
dalam Eksikliknya "Supremasi Apostolatus" Paus Leo XIII menetapkan
bulan Oktober sebagai bulan Rosario bagai semua Gereja Kristen Katolik. Pada
tahun 1885 malah Paus ini mengatakan bahwa umat dapat memperoleh indulgensi
dengan berdoa
Rosario pada bulan
Oktober. Dalam sebuah suratnya, Paus Leo XIII lagi-lagi
mengijinkan para petani, yang pada umumnya sangat sibuk mengumpulkan panenan
pada bulan Oktober, untuk menunda berdoa
Rosario pada bulan
November atau Desember.
Caroline Wanni Asali, S.T.
Dikutip dari http://www.imankatolik.or.id
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
dengan gubahan seperlunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar