By : Fr. Yosavat Yuli
Prasetyo*
|
Menarik
apabila kita membaca surat Yakobus 3:14: “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya
mati”. Iman pasti tampak dalam sikap dan perbuatan yang kita lakukan. Tanpa
perbuatan (bukti yang kongkret) kita tidak bisa mengatakan bahwa saya beriman
atau orang itu beriman. Sebab iman seperti sebuah kebenaran yang akan
menampakkan diri dalam realitas sehari-hari. Bisa saja seseorang rajin berdoa atau
pergi ke gereja, tetapi dalam kehidupan kesehariannya bisa jadi orang tersebut
tidak mampu menjadi cahaya atau teladan bagi orang lain. Kita dituntut untuk
rendah hati dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri (akulah yang paling
utama dari orang lain). Iman harus diaplikasikan sehingga dapat menuntun kita
kepada suatu kebenaran sejati. Bukti dari iman tersebut adalah cinta kepada
Allah dan sesama.
Kita tidak mampu
membendung kemajuan zaman. Pada zaman modern seperti sekarang ini, banyak
sekali kita jumpai bahwa seseorang tidak mampu mempertahankan imannya. Mungkin
ada diantara kita yang dengan sadar (tau dan mau) menyangkal iman kita kepada
Kristus demi mendapatkan harta dan jabatan. Begitu juga degan kaum muda, ada
juga dari mereka yang rela meninggalkan agamanya (katolik) dari pada tidak
mendapatkan jodoh. Kaum muda mungkin mempunyai argumentasi untuk berusaha
membenarkan pendapatnya. Daripada saya tidak menikah, lebih baik saya menikah
dengan pasangan saya yang beragama lain. Orang yang seperti ini menjadi
gambaran sebagai pribadi yang tidak mau memanggul salibnya.
Sebagai pengikut Kristus
kita ditantang oleh arus zaman berupa kemajuan teknologi seperti sekarang ini.
Banyak sekali tawaran duniawi yang dapat melemahkan iman kita. Jika iman kita tidak
kokoh maka, godaan dan tantangan dapat membuat seseorang jatuh. Orang yang
sungguh beriman akan mampu memaknai segala pengalaman hidupnya (baik dan buruk)
sehingga membuatnya tegar dan semakin dewasa dalam iman. Beriman dapat
digambarkan seperti orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk mencapai
tujuan. Pastilah ada banyak godaan, tantangan dan tawaran yang dapat
membelokkan imannya. Tanpa berusaha setia dengan tujuan tersebut, kita akan
mudah terbelokan dan jatuh pada pencobaan.
Adalah Frater Keuskupan Tanjungkarang, sedang belajar Filsafat Pada
STFT St. Yohanes Pematangsiantar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar